RSS

Arsip Bulanan: September 2013

True Love chap 1

1

True Love

MinWook, MinWon / SiMin, WonKyu (?) just enjoy it ^^

*Selamat Membaca*

 Seorang namja tampan berjalan mendekati seorang namja imut yang tengah duduk di hadapannya. Sungmin adalah namja yang tengah menjadi incarannya kali ini. Dengan pesona ketampanan yang dimilikinya,membuat Choi Siwon merasa percaya diri bahwa maksudnya kali ini akan diterima oleh Sungmin.

“ekhm…” Siwon berdehem membuat Sungmin mendongak menatap namja tampan yang bediri tepat di sampingnya.

“ada apa?” tanya Sungmin dingin, seperti biasanya.

“emmh… Hyung…” Siwon agak terbata.

“ada apa? Katakanlah!” perintah Sungmin merasa malas waktu berharganya harus terganggu oleh Siwon.

“hyung… jadilah namja chinguku!” kata Siwon mantap.

“kau sudah gila Siwon-ah. Pergilah” Sungmin mendelikkan mata pada Siwon.

“aku gila karena cintaku padamu. Aku mohon Hyung, jadilah namja chinguku” mohon Siwon, bahkan kali ini sambil berlutut disamping Sungmin.

“apa yang kamu lakukan Siwon-ah? Bangunlah!” perintah Sungmin kaget.

“tidak akan, selama Hyung tidak menerimaku, aku tidak akan bangun” ancam Siwon.

“baiklah, sekarang bangunlah!” pinta Sungmin malas. Perlahan, Siwon kembali berdiri.

“aku cuma bercanda. Sekarang sebaiknya kamu masuk kedalam!” ujar Sungmin santai.

“Hyung…” protes Siwon menatap Sungmin kesal. Bagaimana mungkin dirinya harus merasakan cinta pada namja yang dingin seperti Sungmin.

“dengar Wonie, aku tidak bisa menerimamu. Sebaiknya kamu carilah kekasih yang lebih sesuai untukmu. Dan itu bukan aku” kata Sungmin sambil bangkit dari duduknya. Dia berjalan melewati Siwon yang masih mencerna perkataannya barusan.

“tunggu Hyung” cegah Siwon sambil memegang pergelangan tangan Sungmin.

Sungmin menolehkan kepalanya.

“mungkin Hyung pikir aku sudah gila. Tapi tidak apa-apa. selama kegilaanku adalah untuk mencintaimu…. Hyung, aku tahu, sampai kapanpun kau tidak akan pernah menerimaku. Tapi, maukah kau menerima permintaan terkahirku. Jika setelah ini aku kalah, aku tidak akan memintamu sebagai namjachinguku lagi” kata Siwon.

“baiklah, katakan apa maumu, dan berhentilah menggangguku” respon Sungmin.

“kita taruhan, jika aku kalah, maka aku akan berhenti mengganggumu. Dan jika aku menang…” Siwon menggantungkan perkataannya.

“jika kamu yang menang, lalu apa?” tanya Sungmin

“kau harus menjadi namja chinguku” jawab Siwon sambil menyeringai.

“kau… issh….”

Siwon dan Sungmin sama-sama bertaruh, taruhan dengan melemparkan sebuah koin. Sungmin sudah dua kali kalah. Dan saat ini dia mengutuk dirinya yang dengan mudah menyetujui usul Siwon tadi. Kali ini adalah lemparan terakhir. Dan sangat naas bagi Sungmin, kali inipun dia kembali kalah.

“baiklah Hyung, kau sudah kalah. Saat ini kau sudah resmi menjadi namja chinguku. Aku tinggal dulu…. chagi…” kata Siwon sambil berlalu dari hadapan Sungmin yang masih kaget.. dan jangan lupakan, sambil berlalu, Siwon membelai pipi Sungmin dengan lembut.

“m-mwo?… Siwon… dia namjachinguku???” kata Sungmin sambil melotot kaget. “tidak… ini pasti mimpi. Ini pasti mimpi” Sungmin menggelengkan kepalanya.

(1)

Ryeowook tahu, dia mencintai orang yang salah. Tidak seharusnya dia mencintai Sungmin. Sungmin hanya menganggapnya sebagai seorang adik. Tidak lebih. Ryeowook berpapasan dengan Siwon. Terlihat raut tidak suka dari wajah keduanya.

(2)

“apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Siwon menatap tidak suka pada Ryeowook.

“memang ada urusannya denganmu? Ini rumah Sungmin Hyung, dan aku bebas datang kemari” jawab Ryeowook tidak mau kalah.

“dengar kau tidak berhak menemui Sungmin Hyung. saat ini dia sudah menjadi milikku” kata Siwon sambil mendorong tubuh Ryeowook hingga membentur dinding.

“mwo? Apa kau sedang bermimpi Choi Siwon? Sungmin Hyung tidak akan pernah mau menerimamu. Dia tahu betul bagaimana sifat aslimu” kata Ryeowook emosi.

“kau berani padaku hah?” tanya Siwon sambil melotot. Tangannya menampar-nampar (?) pelan pipi Ryeowook.

“aiishh… hentikan” protes Ryeowook tidak suka. Dia menatap Siwon tajam. Lalu tangan Ryeowook meraih kepala Siwon, ingin membalas apa yang sudah Siwon lakukan padanya.

(3)

“kurang ajar. Kau mau mati rupanya” Siwon melawan Ryeowook. dia menendang-nendang kaki Ryeowook.

Dan Ryeowookpun tidak mau kalah. Dia balas menendangi kaki Siwon.

(4)

“yaaak apa yang kalian lakukan di rumahku?” teriak Kangin, mencoba menengahi perkelahian antara  Ryeowook dan Siwon.

“salahkan saja Ryeowook, Hyung. dia yang memulai semua ini” elak Siwon.

“aniyo, dia yang salah Hyung” bela Ryeowook.

“haah, sudah. Kalian berdua salah. Aku akan menghukum kalian karena sudah berbuat onar dirumahku” Kangin mendekati Ryeowook dan berniat menarik tangannya, tapi Ryeowook menolak. Siwon berniat membantu Kangin, hingga satu tendangan menghentikannya.

(5)

“Hentikan Choi Siwon. Jangan menggangggu Ryeowook” kata Sungmin sambil menendang perut Siwon hingga terjatuh.

“kamu tidak apa-apa kah Ryeowook?” tanya Sungmin khawatir. Didekatinya namja yang sudah ia anggap sebagai dongsaengnya itu.

“aku tidak apa-apa Hyung” bisik Ryeowook.

“Hyung, apa yang Hyung lakukan pada Ryeowook. jelas-jelas, Siwon yang bersalah, kenapa malah mau menghukum Ryeowook” protes Sungmin pada Kangin.

“i-itu…” Kangin tidak bisa menjawab.

Sungmin mengajak Ryeowook keluar dari rumah, diikuti tatapan tidak suka dari Siwon.

~o~

“aku tahu Hyung marah. Tapi…. Maafkan aku hyung, itu semata-mata karena aku mencintai Hyung” kata Siwon lembut, sambil menatap Sungmin.

“tapi aku tidak suka jika kamu menyakiti Ryeowook. kamu juga tahu, aku sangat menyayangi dia. Jadi berhentilah mengganggunya” pinta Sungmin.

“baiklah Hyung, aku akan menuruti perkataanmu. Aku tidak akan mengganggu Ryeowook lagi. aku janji” kata Siwon sambil tersenyum. Sungmin lalu menyentuhkan kepalan tangannya pada kepalan tangan Siwon.

(6)

~o~ 

Siwon berusaha berbaikan dengan Ryeowook. sebenarnya hatinya menolak, tapi, demi membuktikan janjinya pada Sungmin dia rela melakukannya. Setiap hari, Siwon akan menjemput Sungmin untuk sekedar berjalan-jalan berdua. Tapi sikap Sungmin tetaplah dingin padanya.

(7)

“Hyung, apakah kau benar-benar tidak bisa menerimaku?” tanya Siwon pada suatu sore. Saat ini mereka tengah berada di menara Nam San. Menikmati suasana sore disana. Sungmin hanya tersenyum sambil menatap Siwon.

“aku terkesan dengan apa yang sudah kamu lakukan padaku. Menurutku, kamu sudah berubah Siwon-ah” kata Sungmin tenang.

“tentu saja Hyung, aku rela berubah hanya demi mencintaimu Hyung. aku melakukannya karena aku sangat mencintaimu” kata Siwon pelan.

“baiklah, mari kita coba” kata Sungmin sambil mengulurkan tangannya.

(8)

“apa maksud Hyung?” tanya Siwon mencerna perkataan Sungmin.

“aku akan menjadi namja chingu mu. Kita tidak pernah tahu, hingga kita mencoba. Iya kan?” tanya Sungmin sambil tersenyum.

Tanpa perlu menunggu lagi, Siwon meraih tangan Sungmin.

(9)

“aku berjanji Hyung, akan selalu membuatmu bahagia” kata Siwon lembut, Sungmin hanya menolehkan kepalanya ke arah samping. Entah mengapa dia merasa tidak sanggup menatap kedalam mata Siwon.

(10)

“tatap aku Hyung. katakan bahwa kau mencintaiku” Siwon menarik tangan Sungmin kearah dadanya, membuat Sungmin agak tertarik kedepan.

(11)

“aku…” Sungmin terlihat ragu.

“katakanlah Hyung. aku ingin mendengarnya dari bibirmu” paksa Siwon dengan senyumnya yang mempesona.

“saranghae Siwon-ah” kata Sungmin akhirnya.

“nado, nado saranghae Sungmin Hyung” kata Siwon puas. Kemudian menarik Sungmin kedalam pelukannya.

(12) a

~o~

Keesokan harinya.

Ryeowook, Henry, Eunhyuk, Donghae, Siwon dan Sungmin berada di sebuah café. Mereka berkumpul sambil membicarakan proyek lagu yang tengah mereka susun bersama.

“Sungmin Hyung, kenapa hari ini kau sangat berbeda?” tanya Eunhyuk melirik Sungmin yang sejak tadi wajahnya memancarkan aura bahagia.

“aah, aniya, tidak ada apa-apa” elak Sungmin.

“Hyung, kenapa tidak kau ceritakan saja pada mereka” kata Siwon tenang, reflek, Sungmin memelototi Siwon.

“wae? ada apa memangnya antara kalian?” tanya Donghae sambil mendekati Sungmin.

“aah, ti-tidak ada apa-apa. kalian, jangan dengarkan Siwon” jawab Sungmin gugup.

“memangnya ada apa Hyung? ayolah ceritakan pada kami!” kembali Donghae dan Eunhyuk merengek.

Sementara Henry dan Ryeowook hanya menunggu jawaban Sungmin.

“ayolah Sungmin Hyung, tidak usah malu-malu. Katakan saja pada mereka” perintah Siwon lembut.

“se-sebenarnya…” Sungmin gugup..

“iya…” HaeHyuk sudah tidak sabar.

“kami berdua berpacaran” Siwon yang menjawab, Sungmin tersenyum malu mendengar perkataan Siwon.

Ryeowook langsung mundur kebelakang. Jantungnya hampir berhenti berdetak. Merasa kaget bercampur dengan rasa kecewa. Kata-kata Siwon yang baru saja terucap membuat dirinya seolah mati rasa.

(12)

Ryeowook tidak menyangka bahwa orang yang selama ini ia cintai berpacaran dengan Siwon. Dan seolah belum puas melihat Ryeowook yang terluka, Siwon meminta Ryeowook untuk bernyanyi.

“Ryeowook-ah, maukah kamu menyanyikan lagu untuk kami. Yaaa, sebagai hadiah untuk hubungan yang baru terjalin antara aku dengan Sungmin Hyung” kata Siwon sambil merangkul bahu Sungmin.

“ne?” Ryeowook kaget.

“maukah kamu menyanyikan sebuah lagu untuk kami Wookie?” tanya Sungmin lembut.

“aah, tentu saja Hyung. aku akan bernyanyi untuk kalian” kata Ryeowook sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Perlahan dia mendekati stage kecil yang ada di café itu. Setelah meminta ijin pada pemilik café, maka Ryeowook mulai bersiap diatas panggung.

I forgot when it started

I don’t know why I’m like this

Suara Ryeowook mulai terdengar

A day seems so long

And doesn’t seem to have an end

How does another morning come?

I don’t know

Siwon tersenyum menatap Sungmin. Lagu yang dinyanyikan Ryeowook sama seperti perasaannya pada Sungmin saat ini. Siwon menarik tangan Sungmin, lalu menggenggamnya erat.

(13)

If I close my two eyes

Or open them again

I can only think of one person.

Suara merdu Ryeowook  mengalun dengan penuh perasaan. Dia hanya memejamkan mata, tidak sanggup melihat pemandangan didepannya.

The memory I can’t erase for one second

I just think of you

I look at the slow time

I only think of that one person

 

(the one I love – Suju KRY)

Semua pengunjung café memberikan tepuk tangan untuk penampilan Ryeowook barusan. Ryeowook membungkuk sebagai ucapan terima kasih, lalu dia kembali ke meja teman-temannya. Pada saat itu, Siwon sedang berada di toilet dan hanya ada Sungmin yang duduk disana.

Ryeowook mendekat, melihat Sungmin yang membelakanginya.

“Hyung…” panggil Ryeowook.

Sungmin menoleh, tapi segera Ryeowook mencegahnya.

(14)

“tetaplah begitu Hyung…” pinta Ryeowook.

“wae, Wookie?” tanya Sungmin merasa aneh dengan nada suara Ryeowook.

“gwenchanha. Aku hanya ingin melihat punggungmu saja Hyung” kata Ryeowook sambil tersenyum.

“kenapa?” tanya Sungmin lembut masih dengan posisi yang sama, membelakangi Ryeowook.

“tidak apa-apa” kata Ryeowook mendekati Sungmin, lalu memeluknya sejenak.

“aku pulang dulu, boleh?” tanya Ryeowook sambil menatap Sungmin dari samping.

“kenapa Wookie?” tanya Sungmin kaget. “kita kan baru sebentar disini. Tunggulah beberapa menit lagi” pinta Sungmin.

“anii… aku lupa, aku sudah janji akan mengantar eomma. Boleh ya Hyung?” kata Ryeowook memelas.

“baiklah kalau begitu. Sampaikan salamku pada ahjumma. Ne?”

“tentu saja Hyung. selamat menikmati waktumu bersama Siwon” kata Ryeowook mencoba menguatkan hatinya.

“ne, gomawo” angguk Sungmin.

~o~

Siang itu, Ryeowook berjalan-jalan sendiri. Sedikit mencari udara segar untuk menenangkan perasaannya yang berkecamuk.

‘aku tahu, aku tidak bisa seperti ini terus. Sungmin Hyung, dia tidaklah mencintaiku. Pabboya, kenapa menyimpan perasaan cinta pada orang yang hanya menganggapmu sebagai adik Wookie???’ tanya Ryeowook pada hatinya.

Tanpa ia sadari, Eunhyuk melihatnya dari kejauhan. Tadinya Eunhyuk berencana untuk menghampiri Ryeowook, tapi niatnya ia urungkan ketika melihat Ryeowook yang hanya melamun di bangku taman.

(15)

“apa yang terjadi dengan Ryeowook?” tanya Eunhyuk pelan.

Deringan handphonenya mengalihkan perhatian Eunhyuk dari Ryeowook. setelah berbincang sebentar, Eunhyuk mematikan hp-nya. Matanya melirik tempat Ryeowook tadi, tapi temannya itu sudah tidak ada disana.

“aissh. Wookie kemana?” tanya Eunhyuk sambil mencari-cari keberadaan Ryeowook.

Sementara itu, dilain tempat. Setelah Ryeowook meninggalkan taman, dia pulang ke rumah. Segera dia menuju kamarnya, lalu mengeluarkan sebuah koper dari dalam lemari.

“aku bukanlah seseorang yang lemah. Aku memang mencintai Sungmin Hyung, tapi melihatnya bahagia seperti sekarang, itu sudah cukup untukku. mianhe Sungmin Hyung, selamat tinggal” bisik Ryeowook pelan.

(16)

To Be Continue

Buahahahaha, apa ini???

Yaoi?? Hahaha, jangan salahkan saya, salahin tu foto-foto yang bertebaran di leppi. Gimana ceritanya? Seru dong yah. pasti. Kkkkk *narsis. Becanda deh reader ^^

Oke, ditunggu kritik, saran, masukan. Mmh, mungkin lusa aku apdet lagi. kkkkkk.

See u 🙂

 

 

-credit pict as tagged- 

 
14 Komentar

Ditulis oleh pada September 30, 2013 inci Fanfiction

 

Tag: , , , ,

Moonlight Melody Chap 2

moonlight melody yuhuu1

 Moonlight Melody

Cast    : Ryeowook, Sungmin, Kyuhyun

Rated : T

Genre : Romance, Angst, (GS)

Disclaimer : ff ini hasil dari imajinasi saya, semuanya hanya fiktif dan tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

*selamat membaca*

~o~

Bangsawan Cho berdiri di beranda depan perpustakaan keluarga. Semilir angin terasa menyejukkan wajahnya yang terasa panas. Bibirnya terkadang menyunggingkan sebuah senyum.

‘Putri Kim…’ bisiknya pelan.

Terbayang lagi pertemuannya kemarin dengan sang putri.

‘bagaimana bisa dia masih terlihat cantik walaupun dalam keadaan cemas. Dia adalah bidadari yang diturunkan langit untukku. Aku harus mendapatkannya. Harus!’ tekadnya dalam hati.

Dua buah tandu sudah disiapkan di halaman utama. Walikota Cho segera meminta pelayan untuk mencari puteranya.

“carilah dia di perpustakaan. Aku yakin anak itu berada disana” perintahnya pada pelayan.

Pelayan itupun pamit untuk mencari Bangsawan Cho. Tak lama kemudian Bangsawan Cho sudah berada di depan ayahnya.

“temani ayah ke wilayah utara. Ada satu urusan yang harus kita selesaikan disana” ajak Tuan Cho pada anaknya.

“baik ayah” patuh Bangsawan Cho sambil naik kedalam tandu.

~o~

Putri Kim duduk dikamarnya. Menyelesaikan pekerjaannya untuk menyulam angsa emas pada sebuah sapu tangan miliknya. Walaupun dirinya terlihat tengah menyulam, namun pikirannya tidaklah berada disana. Bibirnya tidak henti-hentinya tersenyum manis. Yang dia ingat adalah kejadian kemarin, ketika ia dan Lee diselamatkan oleh seorang bangsawan tampan.

“bangsawan Cho…” bisiknya pelan, tanpa ia sadari pipinya telah merona merah.

~o~

“kalian siapa? dan apa yang sedang kalian lakukan disini?” tanya bangsawan Cho sambil menatap Putri Kim lekat. “apakah kalian tidak tahu, tempat ini sangat berbahaya” kata bangsawan Cho sambil mengalihkan pandangannya dari Putri Kim lalu menatap Lee.

“kami sedang berjalan-jalan di sungai, dan tanpa terasa tiba ditempat ini. Terima kasih telah menyelamatka kami Tuan” Putri Kim membungkuk sambil berterima kasih.

“tidak perlu sungkan. Bukankah sudah seharusnya kita saling tolong menolong?” tanya Bangsawan Cho sambil tersenyum.

Melihat senyum pria yang menjadi penyelamatnya, Putri Kim segera mengalihkan pandangannya pada Lee.

“bagaimana lenganmu? Apakah lukanya sangat parah?” tanya Putri Kim sambil menyentuh pundak Lee.

“aku baik-baik saja Putri. Tidak usah mencemaskanku” jawab Lee merasa tidak enak hati.

“lalu, bagaimana kalian akan kembali pulang?” tanya bangsawan Cho.

Mendengar pertanyaan bangsawan Cho, Putri Kim memandang Lee meminta jawaban.

“maafkan saya atas kelancangan ini, tapi, apakah anda bersedia jika meminjamkan kami seekor kuda?” tanya Lee sopan.

“aah tentu saja. Ikutlah denganku!” kata bangsawan Cho berjalan mendahului Putri Kim dan Lee. Mereka berdua mengikutinya dari belakang.

Mereka tiba disebuah perempatan jalan. Bangsawan Cho meminta Putri Kim dan Lee untuk menunggu disana, sementara dirinya akan pergi ke istal kuda yang tidak jauh dari sana. Hanya menunggu beberapa saat, bangsawan Cho sudah kembali membawa dua ekor kuda.

“maaf membuat kalian menunggu” kata bangsawan Cho sambil tersenyum. “silahkan gunakan kedua kuda ini untuk kalian pulang” lanjut bangsawan Cho sambil menyerahkan tali kekang ke tangan Lee.

“tidak perlu, satu ekor kuda sudah cukup” kata Lee sambil menerima satu tali kekang dari tangan bangsawan Cho.

“Lee, tapi kamu terluka…” kata Putri Kim sambil menatap Lee.

“keselamatan anda, itu yang lebih penting, Putri” Lee menjawab sambil tersenyum lembut. “silahkan anda naik keatas kuda!” perintah Lee.

“biar aku bantu” bangsawan Cho memegangi tangan Putri Kim untuk menaiki kuda tersebut, sementara Lee memegangi tali kekang kuda itu agar tidak banyak bergerak. Putri Kim tersenyum simpul ke arah bangsawan Cho.

“terima kasih atas kebaikan Tuan. Kami permisi” kata Putri Kim sambil menganggukan kepalanya.

“Ne…” bangsawan Cho balas mengangguk. “berhati-hatilah dijalan” pesannya pada Lee.

“permisi Tuan…” Lee membungkuk hormat, lalu mulai melangkah meninggalkan bangsawan Cho disana.

Setelah Putri Kim agak jauh dari tempatnya berdiri, bangsawan Cho segera meraba dadanya yang berdegup kencang. Senyuman manis tercipta di wajahnya yang tampan. ‘senyum gadis itu sangat mempesona. Apakah ia bidadari yang turun dari langit?’ tanya hati bangsawan Cho.

Lee memegang tali kekang dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang pedang yang akan melindunginya jika ada bahaya yang mengancam. Putri Kim menatap bahu kanan Lee yang masih terlihat basah oleh banyaknya darah yang keluar.

“Lee, sebaiknya gunakan kuda ini bersama-sama saja, agar kita bisa lebih cepat tiba di rumah” kata Putri Kim lembut.

Tanpa berniat memberhentikan kuda itu, Lee tetap melangkahkan kakinya sambil sesekali menengok kearah putri Kim.

“maafkan saya Putri, tapi kaki saya masih kuat untuk berjalan. Anda jangan terlalu khawatir” jawab Lee tenang.

“tapi, bagaimana jika lukamu jadi bertambah parah?” Putri Kim terlihat benar-benar mengkhawatirkan pengawalnya ini.

“sebaiknya anda tenang saja Putri. Bagaimana jika anda menikmati pemandangan di sekitar sini saja. mungkin akan membuat anda merasa lebih tenang” saran Lee.

Putri Kim hanya menatap kesal pada Lee. Jika sudah menyangkut keselamatannya, maka Lee akan berubah menjadi Lee yang keras kepala.

“baiklah. Terserah padamu saja Lee” kata Putri Kim akhirnya.

~o~

Lee tengah berlutut menghadap Tuan Kim di ruangan pribadinya. Lee hanya menundukkan kepalanya merasa menyesal karena tindakannya kemarin. Luka di bahunya sedikit pulih berkat ramuan dari Tabib Gon.

“kenapa bisa terjadi hal seperti ini? Sudah aku bilang jaga putriku dengan baik!” Tuan Kim menatap Lee lekat.

“maafkan saya Tuan, saya pantas mati” Lee bersujud di depan Tuan Kim, sungguh dia tidak bermaksud membahayakan Putri Kim.

“bangunlah! Tidak perlu seperti itu” Tuan Kim segera meminta Lee untuk duduk.

“tidak. Saya bersalah Tuan. Hukumlah saya! jika kemarin saya tidak membawanya keluar dari Istana Timur maka kejadian seperti ini tidak perlu terjadi” Lee masih kukuh berlutut dan menundukkan kepalanya di depan Tuan Kim.

“aku bilang bangun!” perintah Tuan Kim mutlak.

Lee tidak berani membantah lagi. Segera dia mengubah posisi duduknya seperti biasa.

“dengar Lee, sesuatu yang buruk akan terjadi pada keluarga kita. Aku mohon padamu, tolong jagalah Putriku dengan baik. tolong lindungi dia dari segala macam bahaya yang bisa mengancam nyawanya” Tuan Kim berpesan.

Lee menatap Tuan Kim tidak mengerti.

“bersiaplah jika hari itu tiba. Aku tidak bisa menjelaskan secara rincinya padamu. Apakah aku bisa mempercayakan putriku padamu?” tanya Tuan Kim.

“saya berjanji akan melindunginya dengan sepenuh hati saya. tidak akan pernah membiarkan Putri Kim terluka, saya akan mempertaruhkan setiap helaan nafas saya untuk keselamatannya. Saya berjanji Tuan” ujar Lee mantap.

Tuan Kim menatap terharu pada Lee, dia menganggukkan kepalanya. Seandainya Lee berasal dari golongan yang sederajat dengan dirinya, maka dia rela menikahkan Putri Kim pada Lee. Namun sayang, semua itu tidaklah mungkin terjadi. Kasta yang membedakan mereka.

~o~

Setelah Lee keluar dari kamar Tuan Kim, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Putri Kim yang hendak menemui ayahnya.

“Lee, kamu sedang apa disini?” tanya Puti Kim lembut.

“aah… Putri…” Lee membungkuk hormat.

“ada apa? Apakah ayah memarahimu?” tanya Putri Kim khawatir.

“tidak, hanya saja kita tidak diperbolehkan keluar istana lagi. Maaf, karena kesalahanku anda tidak bisa berjalan-jalan keluar istana lagi” kata Lee menyesal.

Mendengar itu, Putri Kim tampak memikirkan sesuatu.

“sudahlah tidak perlu meminta maaf. Justru karena aku, kamu terkena marah dari ayah. Maaf ya Lee” ujar Putri Kim lembut sambil menepuk bahu Lee.

Melihat tangan Putri Kim yang menyentuh pundaknya, tak ayal membuat Lee salah tingkah. Tangannya semakin erat menggenggam sarung pedang, menahan hatinya yang bergetar. Putri Kim hanya tersenyum melihat gelagat Lee yang demikian.

“kalau begitu, aku masuk dulu” pamit Putri Kim.

“ne, silahkan Putri…” kata Lee sambil menggeser badannya memberikan jalan untuk putri Kim.

~o~

Sore hari, tampak dua buah tandu dengan diiringi beberapa pengawal tiba di halaman rumah Tuan Kim. Seorang pelayan memberitahukan kedatangan tamu tersebut pada Tuan Kim. Dengan wajah berbinar, Tuan Kim menyambut tamu yang sudah ia tunggu sejak tadi dengan senang hati.

“selamat datang di Istana Timur, Walikota Cho…” sambut Tuan Kim ramah.

“haha… tidak perlu menyambutku seperti ini” Walikota Cho tampak tidak enak hati.

“tidak apa-apa, aah apakah ini putramu?” tanya Tuan Kim sambil menunjuk pada bangsawan Cho.

“benar sekali. Bagaimana dia tampan kan seperti ayahnya? Hahaha” canda Walikota Cho.

“tentu saja tidak, putramu terlihat lebih tampan” jawab Tuan Kim, “siapa namamu?” lanjut Tuan Kim bertanya pada bangsawan Cho.

“Cho Kyuhun imnida, senang bertemu dengan anda Tuan” jawabnya hormat.

“ayolah, kita masuk kedalam” ajak Tuan Kim sambil mempersilahkan para tamunya duduk.

Beberapa pelayan datang memasuki ruangan Tuan Kim sambil membawa teh dan makanan ringan. Mereka berbincang mengenai berbagai hal. Dan karena hari hampir malam, dapat dipastikan kedua tamu Tuan Kim akan menginap di rumahnya.

~o~

Pagi hari di kediaman Putri Kim. Seperti biasa gadis itu sudah berjalan-jalan di halaman istana. Melihat segarnya bunga dengan sisa embun tadi malam. Putri Kim sangat menyukai udara pagi. Sehingga dia dengan semangat berjalan-jalan disana. Dua orang pelayan tampak mengikuti Putri Kim dengan setia.

Putri Kim menghentikan langkahnya di sebuah lapangan di belakang istana. Ia melihat seseorang tengah berlatih panah disana. Putri Kim menajamkan penglihatannya. Dia yakin bahwa pria yang tengah memegang busur panah itu bukanlah Lee. Terlihat seperti orang asing, yang belum lama ini ditemuinya. Setelah menyadari siapa pria itu, Putri Kim tampak membulatkan matanya.

‘bangsawan Cho? Apa yang sedang ia lakukan disini?’ tanya Putri Kim dalam hati.

“Hyosun-ah, apa kamu tahu siapa dia?” tanya Putri Kim pada Hyosun, pelayannya.

“beliau adalah tamu Tuan Kim, putri. Dia adalah bangsawan Cho, putra dari Walikota wilayah Han Yang” jawab Hyosun sambil menunduk.

‘ternyata benar’ kata Putri Kim dalam hati.

“tunggu, kamu bilang, dia adalah tamu ayahku? Kenapa aku tidak tahu?” tanya Putri Kim sambil mengerutkan alisnya.

“maaf Putri, mereka tiba disini, kemarin sore. Mungkin Tuan Kim akan memberitahu anda pagi ini” jawab Hyosun.

“aah, begitu…” Putri Kim mengangguk sambil menatap punggung Bangsawan Cho dari kejauhan.

Perlahan kakinya kembali melangkah. Berjalan pelan mendekati Bangsawan Cho. Kehadiran Putri Kim masih belum diketahui oleh pria itu. Dia mengangkat busur panahnya, lalu matanya mulai mengintip objek yang menjadi sasaran anak panahnya. Pria itu terlihat sangat berkonsentrasi dengan kegiatannya.

“ekhm… sepertinya berlatih panah tidaklah terlalu sulit” kata Putri Kim mengagetkan Bangsawan Cho. Reflek pria itu menatap siapa gadis yang berbicara barusan.

Bangsawan Cho tampak tidak mengedipkan matanya menatap siapa yang ada di hadapannya. Rasanya baru semalam ia memikirkan gadis ini, dan sekarang dia sudah berada di hadapannya sendiri.

“Putri Kim” bisik Bangsawan Cho pelan.

“annyeong haseyo…” sapa Putri Kim ramah sambil menundukkan tubuhnya, dan bangsawan Cho balas menunduk pada Putri Kim.

“bagaimana tidur anda semalam? Apakah nyenyak?” tanya Putri Kim menghampiri Bangsawan Cho.

“sejak dua hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak” kata Bangsawan Cho, kembali mengangkat busur panah, lalu menarik anak panah itu, menahannya sejenak sambil menatap sasaran dari bidikannya.

“kenapa?” tanya Putri Kim sambil menatap Bangsawan Cho, lalu pandangannya beralih pada sasaran panah di depannya.

Sebelum menjawab, bangsawan Cho menarik sudut bibirnya.

“aku teringat seseorang…” jawab Bangsawan Cho pendek, lalu melepaskan anak panahnya.

Wuussshh…

Jleb.

Tepat mengenai sasaran.

Putri Kim menatap Bangsawan Cho.

“siapa?” tanyanya tiba-tiba.

“anda tidak perlu mengetahuinya” bangsawan Cho tersenyum lembut.

Melihat senyum manis Bangsawan Cho, entah mengapa membuat pipi Putri Kim bersemu merah.

“anda tidak apa-apa?” tanya Bangsawan Cho sambil menatap Putri Kim.

“aah tidak… aku… baik-baik saja…” jawab Putri Kim agak gemetar.

“oh ya, apakah memanah itu… susah?” tanya Putri Kim mengalihkan pembicaraan sambil menatap busur panah di tangan kanan Bangsawan Cho.

“bagi yang sering berlatih, akan terasa mudah, tapi bagi pemula seperti anda, emmh, mungkin akan terasa susah” jawab Bangsawan Cho.

“pemula sepertiku???” terdengar nada tidak suka dari pertanyaan Putri Kim.

“aah bukan begitu.. Hanya saja…”

“kalau begitu tolong ajari aku memanah. Aku sangat tertarik melihat anda memanah tadi” tukas Putri Kim cepat.

“Ne???” Bangsawan Cho memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

“iya, tolong ajari aku memanah… sekali ini… saja” mohon Putri Kim.

“emh… baiklah. Ini” kata Bangsawan Cho sambil menyerahkan busur panah, tapi sebelum tangan Putri Kim menyentuh busur panah, Bangsawan Cho segera menarik kembali busur panahnya “anda yakin tidak akan apa-apa?” tanya Bangsawan Cho meyakinkan. Karena menurutnya seorang putri seperti Putri Kim tidak pernah menyentuh benda-benda berbahaya seperti ini.

Sebelum menjawab, Putri Kim menoleh ke arah kiri dan kanannya memastikan tidak ada orang yang selalu mengikutinya disana.

“tidak apa-apa. Sebelum Lee datang, aku ingin belajar sebentar” jawab Putri Kim kembali tersenyum, lalu tangannya meraih busur panah yang masih dipegang oleh bangsawan Cho.

“auh… kenapa busur ini sangat berat” keluh Putri Kim setelah ia memegang busur panah. Ia nampak kesulitan untuk mengangkat busur panah itu agar sejajar dengan bahunya.

“ayolah, angkat yang tinggi, sejajar dengan bahu anda” saran Bangsawan Cho.

“i-iya… tapi kenapa sangat susah” kata Putri Kim sambil berusaha mengangkat busur panah sesuai dengan perintah dari Bangsawan Cho.

“sini, biar aku bantu” reflek, Bangsawan Cho memegangi tangan kiri Putri Kim yang memegang busur panah. Pria itu berada tepat di belakang Putri Kim, sambil memegangi tangan kirinya agar berada pada posisi yang benar. Tangan kanan Bangsawan Cho memberikan sebuah anak panah dan memasangkan di busur panah tersebut.

“sekarang, perhatikan sasaran di depanmu” bisik Bangsawan Cho.

Dengan perasaan campur aduk, Putri Kim mencoba memusatkan perhatiannya pada sasaran di depannya. Tangan kanannya memegang anak panah dengan agak gemetar. Bangsawan Cho yang menyadari keadaan Putri Kim, segera memegangi anak panah itu sambil berbisik.

“tenanglah. Rileks-kan perasaanmu dan fokuslah pada sasaranmu” kata Bangsawan Cho dengan suara yang rendah.

Putri Kim menoleh ke arah kirinya, dimana wajah Bangsawan Cho tepat berada di sana. Jangankan kembali tenang, jantungnya malah kembali berdetak lebih cepat.

‘aissshh memintanya mengajariku memanah adalah ide yang sangat buruk’ sesalnya dalam hati.

“baiklah, sekarang tarik anak panah ini, lalu lepaskan!” Bangsawan Cho membantu menarik anak panah yang dipegang Putri Kim.

“sekarang!” perintah Bangsawan Cho.

Dengan cepat anak panah itu melesat. Dan entah keajaiban dari mana, anak panah itu menancap tepat di sasarannya.

“aish… jinjaa???” pekiknya tidak percaya.

“anda melakukannya dengan sangat baik Putri Kim” Bangsawan Cho tersenyum senang.

“aku ingin mencobanya sekali lagi. boleh ya…” melihat wajah Putri Kim yang berbinar senang, membuat Bangsawan Cho merasa tidak tega untuk melarang Putri Kim.

“baiklah… kali ini, anda sendiri yang memanah”

“tentu saja” angguk Putri Kim senang.

Tanpa mereka sadari, seseorang di atas pohon tengah memperhatikan mereka. Pria itu tersenyum lembut melihat keceriaan Putri Kim. Lihat saja, seorang putri bangsawan dengan hanbok yang lembut dan rambut yang di ikat rapi, namun memegang sebuah busur panah, merupakan satu pemandangan yang akan sangat jarang terlihat. Hanya saja hatinya merasa sesak melihat siapa yang berada di samping Putri Kim saat ini. Melihat senyum pujaan hatinya, membuatnya seperti melayang ke atas langit ke tujuh. Namun, ketika ia sadar siapa dirinya, tubuhnya seolah terhempas keatas batu yang membuatnya hancur berkeping-keping.

‘aku tidak ditakdirkan untuk bersamanya. Takdirku hanyalah melindunginya’ bisik pria itu mengeraskan hatinya.

 

~o~

Siang itu, Putri Kim tampak menemani ayahnya menjamu kedua tamunya. Berbagai makanan sudah terhidang di atas meja kecil di hadapan masing-masing. Sesekali Bangsawan Cho tampak mencuri pandang pada Putri Kim. Begitupun sebaliknya. Senyuman lembut tersungging di bibir mungilnya. Di samping pintu, tampak Lee tengah duduk setia menunggui Tuannya. Ia duduk disana bersama dengan beberapa pelayan yang lain. Matanya hanya menatapi lantai. Telinganya dengan jelas dapat menangkap apa yang sedang dibicarakan oleh Tuan Kim dan tamunya itu. Walaupun masih menyantap makanannya tapi, suasana tidak terasa kaku. Sesekali canda tawa terdengar dari Tuan Kim dan Walikota Cho.

“Putriku… sebenarnya kedatangan Walikota Cho kemari, ada hubungannya denganmu…” kata Tuan Kim sambil meminum teh nya.

“Ne?” Putri Kim tampak menatap ayahnya.

“seperti perbicaraan kita kemarin, saya mohon untuk tidak memisahkan Lee dari putriku. Ijinkan dia yang menjadi pengawal pribadi putriku” Tuan Kim mengalihkan pandangannya pada Walikota Cho.

“untuk masalah itu, tentu saja kami tidak keberatan” angguk Walikota Cho sambil menatap Lee.

Lee dan Putri Kim saling menatap. Mereka tidak tahu apa yang sedang di bicarakan kedua orang tua itu.

“ekhm… maaf ayah, apa maksud ayah?” tanya Putri Kim memberanikan diri bertanya.

“kau sudah ayah jodohkan dengan bangsawan Cho. Dan kemungkinan pernikahan kalian akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang” jawab Tuan Kim lembut.

Mendadak jantung Putri Kim seolah berhenti. Tubuhnya tiba-tiba terasa ringan. Perlahan dia menolehkan kepala kearah Lee yang tidak berubah sedikitpun dari posisinya semula. Ditatapnya wajah lembut Lee yang masih menatap lantai.

Tuan Kim dan Walikota Cho kembali melanjutkan makan dan pembicaraannya. Begitupun dengan Putri Kim. Dia melanjutkan menyuapkan sayuran kedalam mulutnya dan mengunyahnya dengan pelan. Tanpa ia sadari Bangsawan Cho memperhatikannya sejak tadi. Dengan jelas Bangsawan Cho dapat melihat bagaimana perubahan raut wajah Putri Kim.

To Be Continue

Mohon maaf banget, super telat apdetnya. Yaaa anggap saja, ini FF bulanan ya reader. *plaak

Bagaimana chap ini? Jujur akhir-akhir ini susah banget dapat feel Kyuwooknya, makanya ff ini jadi terlantar.

Ok deh, mind to review

Gamsahamnida

*bow

🙂

 
35 Komentar

Ditulis oleh pada September 21, 2013 inci (FF) Moonlight Melody, Fanfiction

 

Tag: , , , , , , ,

Naughty Ryeowook and Sexy Dancer

Hallo… Olla… Annyeong…

Hehe, borong semua. Gimana kabarnya reader? Huhft, sekarang udah masuk ke musim panas ya. Dan nggak lengkap rasanya kalau aku nggak ngepost sesuatu yang “panas” juga. Haha, apa hubungannya ya? Entahlah.

Kali ini, tolong, persiapkan dulu jantung kalian. Atau kalau perlu segera ngambil jantung cadangan. Takutnya setelah kalian lihat postingan ini kalian jadi kejang-kejang, patah hati, sering melamun, mimisan, lalu pingsan. Hahaha. *ketawa setan*.

Emh, sebelumnya, mau tanya nih, reader yang masuk kesini yang udah diatas 17 tahun kan? Kalau belum, sebaiknya hentikan sampai disini aja. Jangan terusin dilihat, ntar takutnya kalian jadi “labil ekonomi” hehe. Terkena syndrome vickybulary. *duagh.

Oke deh, nggak usah di rated ya. Toh, ini masih dalam batas normal dan wajar. Kkkkk.

Capcussss… 🙂

q10

Pemanasan dulu.

ekhm, suami saya, kalau lagi mangap, sexy gilaaa

haha.

iiih hidungnya lucu yah. 🙂

haaah, entah kenapa liat wook akhir2 ini lucuuu banget. imut-imut gimana gitu yah. efek rambutnya mungkin ya?? hehe.

5wkncMulai.

haha… gimana nih? HOT nggak?

kurang yah? emh, belum nggrepe2. kkkkk.

*apakah kalian mulai deg-degan?*

entah kenapa, aku suka banget ngeliat oppadeul sama sexy dancer. Huhuhu… jadi keliatan lebih seksi, cool, keren, HOT, pokoknya laki banget deh. *ngomong apa ini*

n

ekhm, ini mah biasa aja yah. 🙂

hihi…

jujur deh, aku bosen liat si ahjumma yang diatas. enak banget jadi dia. huhu bisa nempel-nempel sama suami saya. >,<

kurang HOT kan??? hehe.

suaranya mana?

BPN2oX0CUAASaCi_2

gimanaaaa… teriakannya mana dong? kok sepi-sepi aja sih?

hahaha…

tu cewek putih banget yah? emmh, editan. >,<

2

aawww…

muka nya wook terlalu nempel…

udah pada pingsan belum reader??

kuharap belum yah! wehehehe.. 🙂

65dd614d6fe2c9d1d62afc58Seeeett

itu bibir wook sampe segitunya. haha.

tapi jujur, aku lebih suka liat wook yang nggrepek-nggrepek si dancernya.

daripada liat si dancernya yang kecentilan. 😦

779643003

fffiuuuhhh… enak banget ya, jadi sexy dancernya wook. ciyuusss…

*bayangin aja si dancer itu kalian. gimana???*

udah mimisan belum??

799069707

waddduuuuhhhh

wook, ekhm, jangan lupakan paha yang dirumah juga ya.

buahaha…

cweknya ketinggian kali yah. *digeplak

muka nya wook, OMG

IMGP7604

tuuh kan gk enak liatnya, klo wook yang dipegang-pegang. huhu…

*sirik aja*

girls… gimana? kalian masih mantengin kan??? wkwkkw

BLzqP9SCEAEk-lR

suer deh, cuma wook aja yang keliatan kesulitan pas nahan tuh cewek.

oppadeul yang lain mah, keliatan mudah. haha.

kalian tahu kan alasannya apa? hihihi…

“wook sayang, tingginya tambahin coba, dikiiiit aja” *dipeluk Wook*

BR_yawJCEAE79o3

hahaha… entahlah, bingung komennya.

udah HOT kah sekarang???

suaranya manaaaa????

*kriiik

797406894

sumpah deh, aku sirik banget sama si ahjumma itu. huhu…

huh, untung wook cuma pegang yan terhalang rok-nya. hihihi…

BL5SQNjCEAAZyjK

ckckck, paha nya wook ituuu…. seksi ya? 😀

*salah fokus*

cats (2)

eeiiittssss…

itu kyuhyun liatin apa coba?

ayooooo liat lebih jelas lagi reader!!!

hihihi…

799069661

waaaahhh suami saya seksi banget sih. wkwkwk.

Kyu… kmu kenapa bebiii??? ghahaaha…

68394b4bgw1e307f1nr3cg

WOW

hebat ya, si kyuhyun bisa seluncurrrrr gitu. haha..

jujur deh, ini adalah gambar pertama yang aku lihat dari perform club no.1 mereka.

rasanya ngeliat ini tuuuhhh… aneh, nggak rela, tapi seneng. *cuci otak*

huuuffth… oke selesai aja ya *lap keringat*

gimana? masih pada hidup kan? *plaaak

atau masih pingsan?? wkwkwk.

klo udah bangun dari pingsannya, jangan lupa kasih komen ya.

makasih reader sayang, udah mau baca postingan yang super keren ini. buahahaa…. *NARSIIIISSSSS*

nggak deh, mohon maaf kalo ada salah-salah kata.

see u later 🙂

credit pict as tagged 🙂

 
14 Komentar

Ditulis oleh pada September 16, 2013 inci my bias

 

Tag: , , ,

Thousands Love

TL

Thousands Love

Cast : Kim Ryeowook, Lee Sungmin. OC: Min Ji (ini BUKAN nama korea author, silahkan saja mau membayangkan Min Ji itu siapa, saya hanya menyukai namanya aja :)), Ny. Jung (ngarang bebas)

Rated : T

Genre : Family, Romance, Action (errrr, ragu juga nyantumin action-nya. haha. liat ntar deh)

Sinopsis : “Ryeowook berperan sebagai pembunuh bayaran dan memiliki seorang kekasih yang tunanetra, sementara Sungmin adalah Inspektur polisi yang terpilih untuk menggagalkan rencana pembunuhan yang akan dilakukan Ryeowook, adiknya sendiri. Gimana dong kelanjutannya? Baca aja… V”

Disclaimer : serius ini cerita adalah fiktif, tapi berharap bisa ada filmnya deh. *memohon. Tokoh wanita dan nama tempat hanyalah hasil imajinasi author. Mohon untuk meninggalkan komentarnya setelah selesai membaca. Mohooon banget. Terima kasih.

~selamat membaca~

~o~

Seorang gadis tengah duduk pada sebuah bangku yang berada di taman bunga. Suasana sore dengan udara yang segar membuatnya betah berlama-lama duduk disana. Dress berwarna ungu lembut membuatnya tampak indah berada diantara bunga-bunga yang tengah bermekaran. Rambut panjangnya hanya ditahan oleh sebuah hairpin berbentuk bunga kecil. Jemari lentiknya dengan telaten mengusap lembaran kertas yang berada di pangkuannya. Sebuah buku tebal yang terdiri dari kertas kosong, tidak ada tulisannya sama sekali. Namun, bagi gadis itu, jemarinya dapat membaca apa yang tertulis pada buku tersebut. Ya, buku itu bertuliskan huruf braille. Tongkat yang biasa ia gunakan sebagai pengganti matanya terlipat rapi disamping kanannya berdekatan dengan tas tangannya. Walaupun ia memiliki kekurangan dalam hal penglihatan, namun itu tidak menjadi pengganggu dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Buktinya, dia bisa berjalan dengan selamat dari rumahnya hingga tiba ke taman ini.

Ketika ia tengah asyik membaca, sebuah tangan tiba-tiba menutupi matanya. Gadis itu agak terlonjak, namun tak lama kemudian senyumnya merekah indah.

“Oppa… kau lupa? Aku kan tidak bisa melihat, jadi untuk apa kau melakukan ini?” tanya gadis itu sambil menggerakan kepalanya menengadah.

“aigoo… bagaimana kamu bisa tahu bahwa ini Oppa?” tanya sang pelaku yang tidak lain adalah Ryeowook, kekasih gadis itu.

“Ryeowook Oppa… aku mengenalmu bukan sehari- dua hari, tapi hampir satu tahun. Dan aku sudah mengenali Oppa dengan baik” kata gadis yang bernama Min Ji itu sambil tersenyum.

“kamu selalu terlihat cantik ketika tersenyum seperti ini” kata Ryeowook sambil mencubit kecil pipi Min Ji.

Min Ji hanya tersenyum malu mendengar pujian Ryeowook.

“emmh, kamu sedang membaca apa?” tanya Ryeowook sambil mendekatkan wajahnya pada buku yang berada di pangkuan Min Ji.

“ini adalah novel Oppa. emmh, ceritanya sangat bagus. Romantis dan membuatku terhanyut di dalamnya” Min Ji hanya mengarahkan kepalanya ke arah Ryeowook sementara matanya tetap menatap kosong kedepan.

“jinja? Cckk, dan jangan bilang kalau kamu membayangkan bahwa kamu menjadi tokoh di novel itu” Ryeowook menyipitkan mata sambil menatap Min Ji.

“Yaaa~ membayangkan sesuatu yang indah tidak dilarang kan Oppa. huhft” Min Ji mempoutkan bibirnya.

“aigoo, sejak kapan kamu jadi pemarah begini?” goda Ryeowook.

“terkadang aku merasa heran bagaimana kita bisa menjalin hubungan. Bahkan diantara kita banyak sekali perbedaan. Aku suka membaca novel sedangkan Oppa lebih suka menonton film. Aku suka makanan yang pedas, Oppa suka makanan yang manis. Aku suka…”

Belum selesai Min Ji melanjutkan kata-katanya, Ryeowook sudah menutup bibir Min Ji dengan telapak tangannya.

“ppppfff….” Min Ji masih ingin bicara, tangannya segera melepaskan bekapan tangan Ryeowook.

“hahaha… dan aku heran, kenapa bisa ada gadis imut sepertimu yang sangat cerewet chagi…” Ryeowook tertawa melihat Min Ji yang mempoutkan bibirnya.

“Oppa menyebalkan. Seandainya aku bisa melihatmu, sudah kupukul Oppa dengan tongkatku” Min Ji merengut.

“aigoo, kalau kamu bisa melihat, untuk apa membawa tongkat eoh?” kembali Ryeowook menggoda Min Ji.

Min Ji tampak memikirkan perkataan Ryeowook.

“eh, benar juga. Kenapa aku harus membawa tongkat jika aku bisa melihat” Min Ji tersenyum malu menyadari kebodohannya.

“hahaha…. Sudahlah. Oppa antar pulang ya, ini sudah sore, bagaimana kalau nanti Ahjumma marah” ingat Ryeowook.

“aasshh… jinja?” tanya Min Ji terkejut.

“sebenarnya belum terlalu sore. Tapi sekarang semakin dingin, Oppa tidak mau kamu sakit. Kaja!” Ryeowook membantu Min Ji untuk berdiri.

“jadi, Oppa mencemaskanku?” tanya Min Ji sambil tersenyum.

“tentu saja chagiya… didunia ini siapa yang tidak akan mencemaskan yeoja chingunya sendiri. Hmmh.” kata Ryeowook sambil mengacak poni kekasihnya.

“gomawoyo…” Min Ji kembali tersenyum. Tangan kanannya mencari-cari keberadaan tasnya.

“sini, biar Oppa yang bawa” kata Ryeowook sambil mengambil tas dan novel dari tangan Min Ji.

Perlahan mereka meninggalkan taman itu. Ryeowook berjalan disamping gadis yang sangat ia cintai. Min Ji berjalan dengan panduan tongkat di tangannya. Perlahan tangan Ryeowook menggamit tangan kiri Min Ji dan mereka berjalan pulang.

~o~

Keesokan harinya Min Ji memasak bersama Ny. Jung, ibunya. Seperti biasa, Min Ji mengaduk-aduk sup yang berada didalam panci dengan perlahan. Ny. Jung tersenyum melihat putri semata wayangnya itu.

“perlu bantuan eomma?” tanya Ny. Jung.

“aah, ani eomma… oh iya, sup ini bagaimana rasanya?” tanya Min Ji sambil mengambil satu sendok kuah sup. Setelah meniupinya perlahan, Ny. Jung mencicipi bagaimana rasa masakan Min Ji.

“emmh… rasanya sudah enak. Kamu memang sangat pintar memasak sayaang” Ny. Jung tersenyum lembut.

“tentu saja, siapa dulu gurunya. Eommaa…” Min Ji tersenyum ceria.

Pintu depan terbuka, seorang namja kurus memasuki dapur perlahan-lahan. Ny. Jung melihat siapa yang datang, tapi namja itu segera menaruh telunjuknya di bibir, pertanda ia ingin mengejutkan Min Ji. Tapi ketika langkahnya sudah memasuki dapur, Min Ji menoleh kearah eommanya.

“eomma, apa Ryeowook Oppa ada disini?” tanyanya sambil mengernyit.

Namja kurus itu menghentikan langkahnya dan saling bertukar pandang dengan Ny. Jung.

“aigoo, bagaimana kamu tahu?” tanya Ny. Jung sambil menatap putrinya.

“jinja?” Min Ji bahkan tidak percaya tebakannya memang benar.

“haaah, chagi, kenapa kamu tidak jadi cenayang saja? mungkin kamu punya kemampuan meramal juga” kata Ryeowook berjalan lunglai lalu duduk di meja makan. Tangannya bertumpu di atas meja menahan dagunya.

“yaak, Oppa… memangnya Oppa mau punya pacar yang dipanggil cenayang Min Ji? Issh menggelikan” Min Ji mengarahkan kepalanya ke arah Ryeowook.

“hahaha… sudahlah… tidak baik ribut-ribut. Sayang, temani Ryeowookie ya, biar eomma yang menyelesaikan masakannya” kata Ny. Jung sambil meraih sendok yang Min Ji pegang.

“aniya… aku tidak mau menemani Ryeowook oppa… dia menyebalkan” rengek Min Ji.

“Min Ji-ya… tidak baik berkata seperti itu” tegur ibunya.

Ryeowook hanya senyum-senyum melihat tingkah laku Min Ji yang sangat manja didepan ibunya.

“sudahlah, ayo duduk disini bersama Oppa” Ryeowook bangkit dari duduknya lalu menarik tangan Min Ji untuk duduk dikursi dihadapannya.

“Oppa, untuk apa kau datang kemari?” tanya Min Ji cuek.

“aissh… Oppa ingin mengunjungi yeoja yang sangat cerewetnya tidak terkira” bisik Ryeowook mendekatkan wajahnya pada wajah Min Ji.

“isshh…” wajah Min Ji terasa panas mendengar suara Ryeowook sedekat itu.

“aniya… Oppa hanya bercanda” tukas Ryeowook cepat.

Min Ji tersentak kaget, dan Ryeowook hanya tersenyum senang melihat perubahan air muka yeoja chingunya ini.

“Oppa lapar, dan ingin makan siang disini. Bolehkan eomonim?” tanya Ryeowook pada Ny. Jung.

Mendengar sebutan Ryeowook untuknya, Ny. Jung hanya tersenyum.

“tentu saja boleh Ryeowookie…” jawab Ny. Jung.

“y-yaa… Oppa, mengapa memanggil eomma seperti itu?” Min Ji tercekat.

“wae? kamu tidak suka jika aku memanggil eomma dengan sebutan eomonim?” tanya Ryeowook santai.

“bu… bukan begitu… hanya saja…” Min Ji tiba-tiba jadi merasa gugup.

“gwenchanha. Eomma senang jika Ryeowook membiasakan memanggil eomma seperti itu, terasa sudah menjadi keluarga sendiri” Ny. Jung tersenyum. Setelah menaruh mangkuk sup diatas meja, Ny. Jung membelai kepala Min Ji pelan.

“sebaiknya kita mulai makan saja ya” kata Ny. Jung sambil menempati kursinya.

Mereka bertiga makan dengan lahap. Sesekali terdengar deraian canda tawa dari bibir ketiganya.

~o~

“inilah target operasi kita kali ini” kata Kepala Polisi Yun sambil mengklik tombol “enter” di laptopnya yang terhubung dengan LCD disampingnya. Perlahan proyeksi menampilkan wajah seseorang yang membuat salah satu anggota kepolisian Seoul itu menahan nafas.

“namanya adalah Lee Ryeowook. Selama ini dia telah banyak melakukan pembunuhan pada para pejabat. Tidak sedikit anggota kepolisian juga yang menjadi korban. Dia sering membuat kacau keadaan dengan menembaki para anggota polisi yang berada di lokasi kejadian. Dan kemungkinan besar dia akan kembali beroperasi pada pemilihan walikota dua minggu ke depan. Calon Walikota Han sudah meminta kita untuk bersiaga mencegah sesuatu yang buruk yang akan terjadi nanti” kata Kepala Polisi Yun.

“dan aku sudah mempercayai seseorang untuk memimpin operasi kali ini” Kepala Polisi Yun tersenyum.

“Inspektur Lee Sungmin, kau lah yang bertanggung jawab pada misi kita kali ini”

Namja yang bernama Lee Sungmin itu segera berdiri lalu memberi hormat pada Kepala Polisi Yun.

“Siap laksanakan tugas” katanya tegas.

“bagus. Kau pilihlah siapa saja yang akan menjadi anak buahmu nanti” kata Kepala Polisi Yun.

~o~

‘Tuhan, bagaimana mungkin seperti ini? Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menangkap adikku dengan tanganku sendiri? Ryeowookie… ottokhae???’ pikir Sungmin sambil menatap orange jus dihadapannya. saat ini dia berada di sebuah café.

Segera dia mengambil handphone dari saku jaketnya. Lalu menekan beberapa nomor, dan beruntung nomor tersebut masih aktif. Setelah menunggu beberapa detik, sebuah suara khas terdengar dari seberang telpon.

yeobseyo…

Sungmin tersenyum, rasanya dia ingin sekali melihat wajah orang ini, lalu memeluknya. Seperti yang sering mereka lakukan sewaktu kecil dulu. iya dulu… tapi kemudian dia sadar, bahwa itu sudah lama berlalu. Sungmin tersenyum miris.

yeobseyo… kalau tidak mau bicara tidak usah menelpon” kata suara yang diseberang telpon kesal.

“t-tunggu…” Sungmin segera berbicara sebelum panggilannya terputus.

“ini aku. Bisakah kamu menemuiku di café Star jam tujuh nanti?” tanya Sungmin.

ada apa lagi?” perubahan nada suara terdengar sangat jelas.

“ada masalah penting yang harus aku beritahukan padamu. Ingat café Star jam tujuh malam” kata Sungmin tegas. Tanpa mau mendengar penolakan, Sungmin segera mengakhiri percakapannya.

Sungmin menatap jam tangannya, terlihat jarum pendek jam itu mengarah pada angka 4. masih ada waktu tiga jam lagi sebelum mereka bertemu. Tapi sepertinya Sungmin tidak ingin beranjak dari tempat duduknya. Sebuah map hijau terlihat disamping kanannya. Matanya kembali membaca data yang tertulis disana. Data tentang seseorang yang menjadi target operasi kepolisian Seoul.

“ada apa kau ingin menemuiku?” tanya sebuah suara yang sudah lama tidak didengarnya -kecuali tadi sore di telpon- mengagetkan Sungmin.

“Ryeowookie… kamu sudah datang?” Sungmin mendongak lalu menatap adiknya yang terlihat semakin kurus, penglihatan Sungmin teralih pada jendela café, dan suasana terang diluar sudah terganti dengan kelipan lampu-lampu jalanan.

“ayo ikut Hyung. kita tidak bisa bicara disini” Sungmin segera merapikan file-filenya dengan cekatan. Setelah itu menarik tangan Ryeowook keluar, dan mereka berdua masuk kedalam mobil Sungmin yang terparkir tepat didepan café.

“kita mau kemana?” tanya Ryeowook sambil menatap Sungmin, Hyungnya.

“tidak usah banyak tanya. Kamu sudah lama tidak mendatangi tempat ini” kata Sungmin sambil menstater mobil.

Tak lama mobil BMW hitam miliknya segera meninggalkan café dan bergabung bersama mobil lainnya di jalan raya. Ryeowook menyadari ketika mobil berbelok ke arah kiri. Tempat ini…

“aku tidak ingin datang kemari” Ryeowook menatap Sungmin tajam.

“mianhe, tapi ini satu-satunya tempat yang aman untuk kita bicara” kata Sungmin santai.

Mobil memasuki pekarangan. Keduanya lalu turun dan menapaki beranda. Hati Ryeowook agak bergetar ketika menaiki anak tangga. Rumah ini…

‘eomma… appa…’ Ryeowook teringat lagi pada kedua orang tuanya.

Sungmin membuka pintu lalu mempersilahkan Ryeowook untuk masuk. Ryeowook menelisik keadaan dalam rumah.

“masih sama” bisik Ryeowook pelan, sambil menatap lukisan ayahnya yang terpajang di ruang tamu.

“ne, aku selalu berusaha agar tempat ini selalu sama Wookie” sungmin tersenyum.

Ryeowook menatap lantai “hanya darahnya sudah tidak ada”  kata Ryeowook menggigit bibirnya.

“jangan diingat lagi. bagaimanapun juga kamu masih punya Hyung” Sungmin menatap Ryeowook lalu menepuk pundaknya. Setelah itu ia berlalu ke dapur untuk mengambil segelas air.

Ryeowook terlihat tidak nyaman berada disana. Kemudian dia mendudukan dirinya di atas sofa. Matanya menyelusuri anak tangga. Dulu, kamarnya tepat diujung tangga ini.

“menginaplah disini. Kamarmu masih tetap sama” kata Sungmin mengikuti arah pandangan Ryeowook.

“tidak usah. Aah memangnya apa yang ingin hyung bicarakan?” tanya Ryeowook sudah tidak mau berbasa-basi.

“lihatlah ini!” perintah Sungmin sambil menyerahkan map hijau ketangan Ryeowook.

“apa ini?” tanya Ryeowook sambil membuka map, sebelum map terbuka dapat ia lihat lambang kepolisian Seoul dari sampul depannya.

Ryeowook membaca isinya, sontak matanya membulat.

“ini…” Ryeowook menatap Sungmin.

“iya. Pihak kepolisian sudah mengetahui perbuatanmu. Kau tidak sedang merencanakan sesuatu lagi kan?” tanya Sungmin.

“merencanakan apa?” tanya Ryeowook pura-pura tidak tahu.

“jangan berbohong padaku. Katakan apa rencanamu pada pemilihan walikota nanti?” tanya Sungmin langsung pada inti permasalahan.

“tidak ada” geleng Ryeowook.

“Wookie, aku serius. Jangan kira aku tidak tahu bagaimana sepak terjangmu dalam dunia kriminal. Mengapa kamu jadi seperti ini? Apakah menjadi pembunuh bayaran membuatmu merasa lebih baik?” tanya Sungmin sudah tidak bisa menahan dirinya lagi.

“hah… wae? pertanyaan paling bodoh yang pernah kau tanyakan padaku” Ryeowook mendelik.

“Hyung peringatkan, hentikan sekarang juga. Jangan lakukan rencanamu. Dengan data yang akurat, kamu bisa tertangkap dengan mudah” Sungmin sangat mengkhawatirkan keselamatan Ryeowook.

“Sungmin Hyung… apa kau sangat mencemaskanku?” tanya Ryeowook serius. Hati Sungmin berdesir ketika Ryeowook mengucapkan namanya. Ingin dia kembali mendengar Ryeowook yang merengek manja meminta dia untuk melindunginya. Ingin sekali Sungmin melihat keceriaan Ryeowook kembali. Tapi itu sudah lama berlalu…

“Wookie, kamu tahu, siapa yang bertugas untuk menangkapmu?” tanya Sungmin sedih.

“mollayo” Ryeowook menggendikkan bahu.

“itu aku…” sungmin tertunduk. “jadi Hyung mohon, jangan lakukan apa-apa ketika pemilihan walikota nanti. Jebal” mohon Sungmin.

Ryeowook menelan ludahnya kelu. Bagaimanapun dia sangat menyayangi Sungmin. Walaupun dia selalu bersikap dingin, tapi dalam hatinya dia sangat merindukan Sungmin, Hyung yang selalu memperhatikannya.

“kalau begitu Hyung lindungi aku. Semuanya akan berjalan baik jika kita bekerja sama” Ryeowook menyeringai.

“m-mwo?” Sungmin tidak mengerti.

“iya, biarkan aku menjalankan rencanaku. Dan Hyung tidak usah menangkapku. Biarkan rencanaku kali ini berjalan lancar tanpa ada polisi yang menghalangi” kata Ryeowook santai.

“Wookie… aku tidak ingin melihatmu menjadi penjahat seperti ini. Setan apa yang merasukimu???” teriak Sungmin kesal.

“entahlah. Aku hanya ingin bermain-main dengan kepolisian. Aku membenci para anggota polisi” Ryeowook kembali memandangi lantai.

“termasuk aku?” tanya Sungmin.

“itulah kesalahan Hyung, kenapa Hyung harus menjadi seorang polisi? Kau tidak ingat bagaimana orang tua kita tewas karena kesalahan polisi? Aku membenci kalian. Orang-orang yang merasa paling memahami hukum. Hah…” Ryeowook mendelik kesal.

“Wookie, orang tua kita, itu adalah ketidak sengajaan. Kenapa kamu sampai dendam seperti ini?”

“iya, tidak sengaja menghilangnya nyawa dua orang yang paling aku cintai. Aku membenci mereka Hyung, dan jangan membuatku untuk membencimu juga” pinta Ryeowook.

“tapi apa yang kamu lakukan ini salah Wookie. dan sebagai Hyung, aku harus mengingatkanmu” tegas Sungmin.

“aniyo. Aku juga harus profesional dalam tugasku. Seseorang menginginkanku untuk menghilangkan nyawa orang lain yang memang menurutku juga “bersalah” kenapa tidak aku memenuhi keinginannya?” kata Ryeowook. Nada suaranya kembali terdengar santai.

“lebih baik aku pulang. Ingat Hyung, kerjasama denganmu, itu yang kuinginkan” kata Ryeowook sambil beranjak dari duduknya.

“tidak akan. Kalau kamu memintaku untuk mengkhianati kebenaran, aku tidak akan melakukannya” geleng Sungmin cepat.

“kalau begitu, sampai jumpa nanti. Tepat di hari pemilihan walikota” Ryeowook tersenyum.

“Wookie…” Ryeowook menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Sungmin.

“jika kamu berani menembak walikota, aku juga yang akan menembakmu” ancam Sungmin.

“aku tidak akan mundur. Hmmh, alangkah senangnya jika bisa mati ditangan hyungku sendiri” setelah selesai dengan ucapnnya, Ryeowook keluar dari rumah. Perkataan Ryeowook sukses membuat Sungmin bergetar. Bagaimana mungkin dia melakukan hal itu? Membunuh adiknya sendiri? Sungmin bukan monster, dia masih memiliki hati nurani.

~o~

Hari minggu yang cerah. Sejak pagi Ryeowook sudah berada di rumah Min Ji. Membantu Ny. Jung menyirami bunga di halaman, lalu membantunya memasak.

“aigoo… calon menantu eomma… kenapa hari ini rajin sekali?” goda Ny. Jung.

“hehe… eomonim, ada yang ingin aku katakan pada eomonim” Ryeowook terkekeh, apron biru masih melapisi pakaiannya.

“ada apa?” tanya Ny. Jung penasaran.

“apakah Min Ji masih belum bangun? Huhft” Ryeowook menggembungkan pipinya.

“haha, hari minggu dia memang selalu bangun agak siang. Wae? kamu merindukan dia hah?” tanya Ny. Jung masih menyunggingkan senyumnya.

“eomonim, tunggulah dulu di meja makan. Sarapannya sebentar lagi siap” kata Ryeowook.

Kemudian Ryeowook mengecek bubur buatannya lalu mencicipinya sedikit. Setelah rasanya pas, Ryeowook lalu menuangkan bubur itu kedalam tiga buah mangkuk. Setelah mendapat porsi yang sama, Ryeowook menambahkan udang tempura diatasnya lalu menambahkan beberapa tetes minyak wijen sebagai aromanya.

Tiga buah mangkuk ia bawa dalam satu nampan, lalu membawanya keatas meja makan.

“hmmh, harum sekali. Ternyata kamu pintar memasak ya Ryeowookie. Sebentar biar eomma bangunkan Min Ji dulu” kata Ny. Jung sambil bersiap beranjak dari duduknya.

“tunggu sebentar. Bolehkah aku bicara sekarang eomonim?” tanya Ryeowook hati-hati.

Ny. Jung kembali duduk di kursinya. Lalu menatap Ryeowook.

“ada apa? Sepertinya ada masalah serius?” tanya Ny. Jung.

“begini… dua minggu kedepan, aku ada urusan bisnis di luar negri. Bisakah eomonim menjaga Min Ji untukku?” tanya Ryeowook.

“issh… anak bodoh. Tentu saja aku akan menjaga putriku dengan baik” Ny. Jung terkekeh mendengar pertanyaan Ryeowook.

“terima kasih atas kebaikan eomonim selama ini. Walaupun eomonim tahu bahwa aku tidak sebaik orang-orang yang berada di luar sana, tapi eomonim masih memperlakukanku dengan baik. terima kasih banyak” Ryeowook menundukkan kepalanya beberapa detik.

“ne, Ryeowookie… aku mengerti bagaimana keadaanmu. Ini adalah hidupmu. Aku yakin bahwa kamu bisa mempertanggung jawabkan untuk setiap perbuatanmu” kata Ny. Jung tersenyum lembut. Sampai saat ini Ny. Jung dan Min Ji masih tidak mengetahui apa pekerjaan Ryeowook yang sebenarnya.

“emh… seandainya nanti ada panggilan untuk Min Ji operasi, aku mohon eomonim mengijinkannya, walaupun aku masih berada di luar negri. Tidak usah menungguku, lakukan saja operasinya” kata Ryeowook pelan.

“ada apa ini? Apa kamu mau melakukan sesuatu?” Ny. Jung kaget.

“ah- anii… maksudku, aku sudah menghubungi dokter spesialis mata. Jika ada pendonor, aku memintanya untuk segera memberitahukan pada eomonim. Begitu…” terang Ryeowook.

“aah, aku pikir, apa” Ny. Jung bernafas lega.

“dan satu lagi eomonim. Tolong jangan memberitahu bagaimana wajahku pada Min Ji!” kata Ryeowook pasti.

“kenapa?”

“aku ingin, dia melihat wajahku langsung, dan bukan melalui foto” kata Ryeowook sambil tersenyum ceria.

“aiish anak ini. Sudah, sebaiknya bangunkan Min Ji sekarang!” perintah Ny. Jung pada calon menantunya itu.

~o~

Saat ini, Ryeowook dan Min Ji berada di sebuah gunung bernama gunung Yan San. Pemandangan kota Seoul terlihat jelas dari tempat Ryeowook dan Min Ji berdiri saat ini. Angin dingin berhembus di wajah mungil Min Ji. Walaupun jaket tebal dan syal sudah menutupi tubuh dan lehernya, masih terlihat bahwa yeoja itu sangat kedinginan.

Ryeowook yang berada disampingnya menatap Min Ji yang pipinya sudah berwarna merah menahan dingin.

“apa kamu sangat kedinginan chagi?” tanya Ryeowook lembut, lalu dia berpindah ke belakang Min Ji, lalu memeluk gadis itu lembut.

“begini lebih nyaman Oppa…” bisik Min Ji.

“kamu merindukan pelukanku kaaan! Katakan saja, tidak usah malu” goda Ryeowook sambil menundukkan wajahnya pada bahu Min Ji untuk mensejajarkan kepalanya.

“Oppa… saat ini kita dimana? Kenapa tempatnya sangat dingin?” tanya Min Ji sambil memegang tangan Ryeowook.

“emmh, kita berada di gunung Yan San” jawab Ryeowook enteng. Dapat Min Ji rasakan dagu Ryeowook yang bergerak-gerak ketika ia bicara.

“m-mwo? Gunung Yan San?” tanya Min Ji kaget.

“hmmh” Ryeowook hanya menganggukan kepalanya saja.

“kenapa Oppa membawaku kemari?” tanya Min Ji.

“karena menurut Oppa, tempat ini sangat indah” Ryeowook tersenyum.

“jinja? Aku ingin melihatnya Oppa… bisakah Oppa menceritakan pemandangannya seperti apa?” mohon Min Ji sambil menggerakkan kepalanya kearah kiri, tepat pada wajah Ryeowook.

“tempat ini dikelilingi oleh pohon pinus. Langit berwarna biru cerah, beberapa awan eummh, terlihat berarak. Ada awan yang kecil, ada kumpulan awan yang besar” kata Ryeowook sambil menengadah melihat kearah langit. “Dan tepat dihadapanmu terbentang pemandangan kota Seoul yang indah” kata Ryeowook sambil menunjuk dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memeluk Min Ji. “Emmh… tapi kamu hanya bisa melihat atap-atap perumahannya saja. dan ada sedikit kabut yang menghalangi, sehingga tidak terlalu jelas terlihat” kata Ryeowook menjelaskan apa yang ada dihadapannya saat ini.

“indah ya Oppa… tapi aku tetap hanya bisa melihat kegelapan saja” mata Min Ji berkaca-kaca dan suaranya bergetar.

“gwenchanha chagiya…” Ryeowook memutar tubuh Min Ji agar menghadapnya.

Airmata tampak mengalir menuruni pipi Min Ji yang halus. Dan dengan ibu jarinya, Ryeowook menghapus lelehan airmata itu.

“uljima… jika kamu yakin, suatu hari nanti, pasti akan pendonor yang cocok untukmu. Jangan sedih lagi sayang” kata Ryeowook lembut menenangkan.

“ne Oppa…” airmata semakin deras mengalir di pipinya. Ryeowook merengkuh tubuh Min Ji, membawanya kedalam pelukannya yang hangat. Tangan Ryeowook memeluk lembut punggung Min Ji. Bahunya masih bergetar, mengeluarkan semua perasaan hatinya.

Min Ji tidak mengingkari, terkadang dia merasa sedih tidak bisa melihat sekitarnya. Tidak bisa melihat keluarganya, eommanya. Terutama tidak bisa melihat orang yang sangat dicintainya. Kekasih hatinya, Ryeowook.

~o~

Malam hari di rumah Min Ji.

Karena keadaan tubuhnya yang lelah sepulang dari gunung Yan San, Min Ji tidur dengan lelap. Tanpa ia sadari seseorang menyelinap masuk kedalam kamarnya melalui jendela. Dari perawakannya yang kurus, dapat kita terka siapa yang datang.

Ryeowook mengamati kamar Min Ji dengan cermat. Semua yang menyangkut foto dirinya segera ia hilangkan. Dia merobek foto dirinya yang sedang bersama Min Ji. Bahkan dia menghapus semua foto dirinya yang berada di dalam handphone Min Ji. Setelah ia merasa tidak ada lagi fotonya di kamar itu, perlahan dia mendekati Min Ji yang berselimut hanya sampai di perutnya. Perlahan, Ryeowook membenahi letak selimutnya. Sambil menatap mata Min Ji yang terpejam, Ryeowook tersenyum. Senyum pahit yang harus ia berikan untuk kekasihnya. Gadis yang sangat ia sayangi dan ingin selalu ia lindungi. Perlahan pandangannya mengabur karena airmata yang berkumpul di pelupuk matanya. Ryeowook mengulurkan tangannya ingin mengusap kepala Min Ji, namun ia mengurungkan niatnya.

Ditatap lagi wajah manis gadisnya yang tertidur lelap itu.

‘gwenchanha, nanti kamu tidak akan berada dalam kegelapan lagi. kamu bisa melihat dunia. Kita akan selalu bersama Min Ji-ya… aku sangat mencintaimu. Mianhe, aku tidak bisa melindungimu hingga akhir. Maafkan aku Min Ji. Saranghae’ kata hati Ryeowook sambil menatap lekat wajah kekasihnya.

~To Be Continue~

Hahaha, apa ini???

Mollayo…

Adakah yang membaca? Adakah yang suka?

Hiks… tadinya aku mau pake Donghae untuk memerankan Ryeowook. tapi, sudah berkali-kali dicoba, ffnya tidak mau lanjut, ketika saya ganti cast, jreng jreng jreng selesai juga. Wkwkwk.

Oke, semoga tidak merasa aneh membaca ff Ryeowook straight ya. Ditunggu komentarnya, kritik dan sarannya. Terima kasih…

*tebar kisseu bersama Ryeowook*

 
23 Komentar

Ditulis oleh pada September 13, 2013 inci Fanfiction

 

Tag: , , , ,

Gara-Gara Ryeowook

kkkk

Gara-Gara Ryeowook

Cast                : Kim Ryeowook, Juniel, Luna, Beige

Disclaimer     : Ini hanya cerita fiktif dan merupakan imajinasi terindah dari author.

Warning         : Pada endingnya, mungkin akan membuat reader kejang-kejang. Tolong kuatkan iman kalian dari sekarang. Hahahaha *ketawa setan.

~Selamat Membaca~

 

“saengil cukhae Ryeowook Oppa…” sebuah teriakan mengejutkan Ryeowook yang sedang asyik siaran di Sukira. Tubuhnya sampai terlonjak karena merasa kaget bercampur senang.

“haha… yaak… kenapa hari ini?” tanya Ryeowook tertawa. Lampu studio mendadak dimatikan.

“ayolah, tiuplah dulu lilinnya” “jangan lupa make a wish!” Juniel mengingatkan sambil memegangi nampan kue ulang tahun dengan kedua tangannya.

‘kuharap orang-orang yang mencintaiku selalu berbahagia’

Setelah mengucapkan harapannya dalam hati, maka Ryeowookpun meniup lilin yang berjajar mengelilingi kue ulang tahunnya.

Tak lama, lampu studio kembali menyala. Dan Ryeowook mengambil foto bersama Juniel.

“gomawo Juniel-ah, Oppa senang sekali” Ryeowook berterima kasih, kemudian kembali duduk di kursi DJ nya.

Acara siaran yang tadi sempat tertunda kembali dilanjutkan. Ryeowook berbincang dengan Juniel dan beberapa orang disana.

“Juniel-ah, bagaimana kamu bisa mempersiapkan kejutan ini?” tanya Ryeowook.

“emh, sebenarnya Oppa, aku mencari infomasi tentangmu di internet” jawab Juniel tersenyum malu.

“jinja? Internet? Kenapa tidak menanyakannya langsung pada Oppa?”

“kalau seperti itu, nanti tidak akan menjadi kejutan untuk Oppa” Juniel masih tersenyum malu-malu.

“hmmh, araseo. Apa saja yang kamu cari tentangku?” tanya Ryeowook geli.

“banyak Oppa. aku mencari makanan kesukaanmu, warna favoritmu, yaaa semua hal yang berhubungan dengan Oppa” Juniel menjelaskan.

“tapi kan ulang tahun Oppa masih dua hari lagi? kenapa malah memberi kejutan sekarang?” tanya Ryeowook.

“hari ini, Oppa terkejut kan? Kalau tepat di hari ulang tahunmu, tidak akan mengasyikan” canda Juniel.

“hahaha… lalu, apa kamu punya hadiah untuk Oppa?” kembali Ryeowook bertanya.

“emh, tentu saja” angguk Juniel dengan mata berbinar. “aku sudah menyiapkan ini sejak beberapa waktu yang lalu” Juniel mengambil gitarnya.

“apa?” tanya Ryeowook.

“aku mau menyanyikan lagu One Fine Spring Day spesial untuk Oppa” sambil tersenyum Juniel menatap Ryeowook.

“aah jinja? Baiklah, menyanyilah! Oppa akan mendengarkan!” perintah Ryeowook.

Tanpa perlu di minta dua kali, Juniel mulai memetik senar gitarnya. Perlahan namun pasti suara indahnya mulai mengalun menyanyikan lagu milik Ryeowook itu. Ryeowook tampak menikmati suara Juniel, dari tatapan matanya dapat terlihat bahwa Ryeowook mengagumi sosok gadis yang tengah menyanyi di sampingnya ini.

‘suaranya bagus. seandainya suatu hari aku dan Juniel berduet, hmh, sepertinya bukan ide yang buruk’ pikir Ryeowook sambil tersenyum.

 

~o~

 

Sore itu, Ryeowook baru selesai latihan untuk drama musikalnya. Pasalnya besok adalah jadwal pentas drama musikal. Dia tengah duduk sambil ngobrol bersama anggota drama musikal lainnya. Kebetulan Luna duduk di sampingnya. Mereka tampak  bercanda, sesekali mereka saling tertawa. Tak lama, sang pelatih datang menghampiri.

“Ryeowook-ssi, untuk penampilan besok, boleh aku meminta sesuatu darimu?” tanya sang pelatih sambil duduk di hadapan Ryeowook.

“aah, ada apa pelatih?” tanya Ryeowook kaget.

“haha, tidak perlu kaget begitu” sang pelatih merasa tidak enak melihat kekagetan Ryeowook. “begini, bisakah untuk adegan ciumanmu, bisa lebih real?” tanya sang pelatih yang membuat mata Ryeowook membulat.

“maksud pelatih, aku harus benar-benar mencium “gabriella”?” terka Ryeowook.

“yaa seperti itu. Aku harap kamu bisa bersikap profesional. Lagipula adegan ini hanya beberapa detik saja, jadi tidak akan terlalu lama” sang pelatih menenangkan.

“memangnya, ada masalah dengan kissing scene yang sebelumnya?” tanya Ryeowook.

“ani… hanya saja, jika dilakukan lebih real, akan terlihat lebih profesional” sang pelatih memberi alasan.

“aah begitu. Baiklah, aku akan meminta persetujuan Luna terlebih dulu” Ryeowook tersenyum, sambil menatap Luna yang mendengarkan sejak tadi. “bagaimana?” tanya Ryeowook pada Luna.

Ditanya seperti itu, Luna membelalakkan mata. Wajahnya mendadak terasa panas.

“emh, itu… terserah Oppa saja… aku… aku mengikuti pendapatmu” jawab Luna agak gugup. Bagaimana tidak, ini adalah adegan ciumannya yang pertama. Yang otomatis, dia akan memberikan ciuman pertamanya pada Ryeowook, Sunbaenya sendiri.

“baiklah, kalau begitu aku akan mencoba” jawab Ryeowook pada pelatih. Mendengar jawaban Ryeowook membuat Luna terhenyak.

‘bagaimana ini? Kenapa Ryeowook Oppa menyetujuinya? Aish… artinya… aku harus benar-benar menciumnya?’ pikir Luna kebingungan.

“baiklah kalau begitu. Keputusan yang bagus. Sampai bertemu besok” pamit sang pelatih sambil meninggalkan Ryeowook dan Luna.

Setelah sang pelatih tidak lagi terlihat, Luna menatap Ryeowook.

“oppa, bagaimana mungkin Oppa menyetujui keinginan pelatih?” protes Luna.

“kamu keberatan? Tadi katanya kamu menyetujui pendapat Oppa.” tanya Ryeowook.

“ani… hanya saja… emmh… bagaimana kita melakukannya? Aku bingung….” kata Luna pelan sambil menundukkan kepalanya.

“heey… jangan bilang ini ciuman pertamamu?” goda Ryeowook sambil mencubit pelan pipi Luna.

“aish… Oppa, jangan menggodaku…” wajah Luna sudah berwana merah seperti tomat masak, tangannya menepis jari Ryeowook yang mencubit pipinya.

“haha… tenang saja, nanti Oppa ajari caranya” tenang Ryeowook.

“mwo? Ba… bagaimana…?” tanya Luna gugup.

“begini caranya…” seketika itu juga Ryeowook menempelkan ibujarinya untuk menutupi bibir Luna, setelah itu dia mendekatkan kepalanya dan mencium ibu jarinya sendiri. Luna terbelalak melihat Ryeowook yang sedekat itu dengan wajahnya.

“seperti itu… hanya saja, besok ibu jariku tidak akan ada disana” kata Ryeowook menatap wajah Luna yang masih kaget.

“yaak… Oppa mesum…” Luna memukuli lengan Ryeowook.

“hahaha… dengar, Oppa hanya mengajarimu saja” Ryeowook tertawa sambil kembali mencubit pipi Luna.

“dasar… Oppa menyebalkan…” Luna mempoutkan bibirnya.

“baiklah, karena sekarang sudah sore. Oppa pulang dulu yaa” kata Ryeowook sambil bangkit dari duduknya, sambil berlalu dia menepuk-nepuk kepala Luna.

 

~o~

 

Drama musikal Ryeowook saat ini tengah berlangsung. Banyak penonton yang hadir menyaksikan acara ini. Penampilan Ryeowook, Luna dan anggota yang lainnya sangat memukau penonton. Tiba pada adegan ciuman Ryeowook dan Luna. Saat ini, jantung Luna sudah berdegup dengan kencang. Bagaimanapun ini adalah ciuman pertamanya. Dia sangat gugup, namun, tangan Ryeowook yang memegang erat, sedikit menenangkan yeoja itu.

Ryeowook mulai memegangi bahu Luna. Dapat Ryeowook lihat bahwa Luna sangat gugup. Senyuman di bibirnya hanya senyum palsu yang ia tampilkan untuk menutupi perasaannya.

“tenang saja, ini hanya sebentar” bisik Ryeowook tepat di telinga Luna.

Luna menatap Ryeowook, tak lama setelah itu, ia merasakan bibir tipis Ryeowook yang menempel di bibirnya. Terdengar sorakan dari kursi penonton. Luna mencoba bersikap biasa saja, setelah Ryeowook menjauhkan lagi kepalanya, diapun kembali tersenyum ke arah penonton.

 

~o~

 

Ryeowook tengah duduk di ruang ganti. Saat ini dia sudah berganti pakaian, dan sedang memakai sepatunya. Seseorang datang menghapiri, lalu duduk di samping Ryeowook dengan wajah yang agak tertekuk. Ryeowook menoleh melihat siapa yang duduk disampingnya itu.

“Noona…” Ryeowook tersenyum melihat orang disampingnya.

“Ryeowook-ah, penampilanmu tadi sangat mengagumkan” pujinya, tapi dengan wajah yang masih tertekuk.

“gomawoyo, aku tidak tahu Noona datang. Lagipula Noona tidak memberitahukannya padaku” Ryeowook terkekeh melihat noona yang sudah ia anggap kembarannya ini mempoutkan bibirnya.

“bukan itu maksudku. Emmh, adegan ciumanmu itu yang membuat Noona kaget” kata Beige sambil menatap mata Ryeowook.

“aaah itu… hehe… pelatih yang memintanya padaku” Ryeowook menggaruk kepalanya salah tingkah.

“bagus kalau begitu. Berarti sekarang kamu sudah dewasa Ryeowook-ah. Buktinya diminta melakukan adegan ciuman, kamu tidak menolak” beige kembali memanyunkan bibirnya.

“Noona kenapa? apakah Noona marah karena aku melakukan adegan itu?” tanya Ryeowook tidak mengerti.

“ani. Haah.. Aku juga tidak tahu kenapa aku jadi kesal melihatmu tadi. Emh, sudahlah lupakanlah. Aku datang kesini ingin memberikan selamat untukmu. Pertunjukannya tadi sangat bagus” puji Beige sambil tersenyum.

“hehe.. Gomawo… lain kali, kalau Noona mau menonton drama musikalku, Noona bisa memberitahukan kedatangan Noona padaku. Jadi, nanti ketika dipanggung, aku bisa melihat Noona” kata Ryeowook.

“ne, nanti aku akan bilang dulu padamu” kata Beige sambil mengacak rambut Ryeowook.

 

~o~

 

Sore itu, Ryeowook sudah berada di Sukira. Walaupun jadwal siaran, nanti malam, tapi dia sedang tidak betah berada di dorm sendirian. Sehingga dia lebih awal datang ke studio. Ryeowook duduk di sofa ditemani segelas jus jeruk di meja di hadapannya. Dia mengecek gadgetnya, sms, twitter dan emailnya. Tiba-tiba, seseorang datang menyapa Ryeowook.

“anyeong haseyo Ryeowook Oppa…” Juniel menyapa Ryeowook yang duduk di sofa.

“Juniel-ah… ne annyeong…, ayo duduk disini” Ryeowook tersenyum lalu mempersilahkan Juniel untuk duduk.

“Oppa sedang apa? Tumben sekali jam segini sudah ada di studio?” tanya Juniel sambil duduk disamping Ryeowook.

“aah, di dorm sedang tidak ada orang, makanya oppa datang kesini saja” jawab Ryeowook.

“ooh begitu. Hmmh, oh iya, aku membawa kue cokelat, Oppa mau?” tanya Juniel sambil mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya.

“kue cokelat? Boleh juga” angguk Ryeowook.

Juniel membuka kotak makanan. Disana tampak kue cokelat dengan bentuk yang imut-imut. Ryeowook mengambil satu, lalu memakannya.

“emmh, ini sangat enak. Kamu menyiapkannya untuk Oppa?” tanya Ryeowook sambil mengunyah kue.

“ne, syukurlah jika Oppa menyukainya” Juniel tersenyum malu-malu.

Ryeowook yang melihat sikap Juniel, hanya tersenyum saja. tapi tidak lama kemudian, seseorang kembali datang menyapa Ryeowook.

“annyeong haseyo Ryeowook Oppa…” sapa sebuah suara dengan nada yang sopan.

“Luna? Sedang apa disini?” Ryeowook agak terkejut melihat hoobaenya berada di studio.

“hehe, aku sengaja ingin menemui Oppa” jawab Luna sambil duduk di sofa samping Ryeowook.

“jinja? Ada apa memangnya?” tanya Ryeowook heran.

“yaak, aku hanya ingin ngobrol sebentar. Apa tidak boleh?” Luna tampak mempoutkan bibirnya.

“aah… ani… maksudku bukan seperti itu. Oppa senang jika kamu mau datang kesini” Ryeowook tersenyum melihat Luna yang cemberut.

“emh, Oppa, aku sengaja membuatkan ini untuk Oppa” Luna memberikan sebuah kotak ke hadapan Ryeowook.

“apa ini?” tunjuk Ryeowook.

“oppa buka sendiri saja ya” Luna tersenyum malu.

“aishh… kamu hari ini sangat aneh Luna” Ryeowook menggelengkan kepala sambil membuka kotak itu. Setelah dia melihat isinya, Ryeowook menatap Luna.

“kue cokelat?” tanya Ryeowook.

“ehmm, Oppa suka cokelat kan?” angguk Luna.

“iya… tapi bagaimana kalian bisa membawakan kue yang sama di hari yang sama?” tanya Ryeowook tidak mengerti.

“sudahlah dari pada banyak bertanya, lebih baik Oppa coba kuenya. Enak atau tidak!” perintah Luna sambil menyuapi Ryeowook.

Ryeowook mengunyah kue yang berada dalam mulutnya dengan agak susah.

“bagaimana? Enak?” tanya Luna penasaran.

“iya… enak sekali” angguk Ryeowook sambil kembali mengambil sepotong kue lagi dari dalam kotak.

Juniel menatap sebal kearah Luna, kemudian dia berdehem.

“ekhm… Oppa… lanjut makan kueku saja” rajuk Juniel.

“iya… iya… nanti oppa makan. Tenang saja Juniel-ah” Ryeowook tersenyum.

Tak berapa lama kembali suara wanita terdengar menyapa Ryeowook.

“anyyeong… Ryeowook-ah… kamu sudah makan?” tanya seseorang dengan nada suara riang.

“Beige Noona… waah tumben sekali datang kemari” Ryeowook mempersilahkan Beige duduk.

“ada hal penting yang harus Noona beritahukan padamu. Makanya Noona sengaja datang kemari” jawab Beige sambil menaruh bungkusan di atas meja, kemudian membukanya.

“Noona bawa apa?” tanya Ryeowook sambil melihat-lihat bungkusan.

“ini, spesial buatan Noona untukmu” kata Beige membuka kotak makanan.

Setelah melihat isinya, Ryeowook terbelalak.

“kue cokelat lagi?” Ryeowook menatap tidak percaya. Mimpi apa dirinya hingga ketiga yeoja itu memberinya kue cokelat.

“ini makanlah. Noona ingin mendengar komentarmu” Beige langsung menyuapkan satu potong kue kedalam mulut Ryeowook.

“aisshh… Noona mmmmhh…” perkataan Ryeowook terpotong karena kue cokelat di mulutnya. Namun ekspresi wajahnya langsung berbinar, dan mengunyah lalu menelannya dengan cepat.

“emmh… kue Noona yang paling enak” Ryeowook mengangguk-angguk seperti anak kecil.

“jadi Oppa tidak suka kue buatanku?” tanya Juniel kesal mendengar komentar Ryeowook untuk kue yang dibawa Beige.

“katanya tadi kue ku yang paling enak. Oppa ini bagaimana sih?” Luna merajuk lagi.

“haha, sudahlah. Kue kalian sudah kalah. Ryeowook lebih menyukai kue yang aku bawa” Beige tersenyum bangga.

Mendengar perkataan ketiga yeoja itu, membuat Ryeowook menyadari sesuatu.

“sepertinya ada yang sedang kalian rencanakan. Ada apa?” tanya Ryeowook setelah meminum jus jeruknya, sambil menatap satu per satu yeoja di hadapannya.

Juniel menundukkan kepalanya bingung untuk menjawab apa. Begitupun dengan Luna, dia bingung untuk menjelaskan pada Ryeowook.

“Noona, ada apa ini? Aku yakin ini bukan kebetulan kan kalian datang kemari lalu membawakan kue yang sama?” tanya Ryeowook pada Beige yang dianggap paling mengetahui apa yang terjadi.

“emmh… begini Ryeowook-ah…” Beige menatap Luna dan Juniel bergantian.

“ya sudah Unnie saja yang menjelaskan!” kata Luna.

“iya. Unni sajalah!” begitupun jawaban Juniel.

Beige menatap Ryeowook. setelah mengumpulkan keberaniannya, barulah dia mulai berbicara.

“emmh… begini…” beige agak ragu untuk menerangkan.

“katakan saja Noona tidak apa-apa” Ryeowook tersenyum menenangkan.

“emmh… kami bertiga… sebenarnya… kami bertiga menyukaimu” jawab Beige sambil menunduk.

“mwo?” Ryeowook terlonjak kaget.

Suasana sejenak menjadi hening, karena Ryeowook, Beige, Luna dan Juniel sibuk dengan perasaannya masing-masing.

“aah… ani…. Aku tidak ingin salah paham. Tolong jelaskan lebih rinci Noona!” perintah Ryeowook.

“yaak…” Beige mendelik.

“gwenchanha, aku akan mendengarkan apa yang Noona katakan” Ryeowook kembali tersenyum.

“huuhft… ini sangat berat Ryeowook-ah” beige membuang nafas sejenak. “begini, sebenarnya sudah lama kami bertiga menyukaimu. Tapi, akhir-akhir ini, sepertinya kamu menaruh hati pada salah satu diantara kami. Maka dari itu, aku, Luna, dan Juniel memutuskan untuk membuat satu kompetisi, yaitu membuatkanmu kue cokelat. Siapa yang menjadi pemenangnya, maka dia yang boleh menjadi pacarmu. Begitu…” terang beige.

“apa… jadi… kalian menjadikanku bahan taruhan. Begitu?” tanya Ryeowook tidak percaya.

“Oppa… mianhe, sebenarnya aku tidak ingin hal seperti ini terjadi. Tapi melihat kenyataan ada tiga orang yeoja yang menyukaimu, maka kau harus memilih salah satu. Ini bukanlah taruhan. Ini tidak seperti yang Oppa bayangkan” jelas Luna.

“Oppa, aku hanya ingin kepastian. Sebenarnya siapa yang Oppa sukai diantara kita bertiga? Jujur saja, aku merasa Oppa sangat perhatian. Dan, aku tidak ingin berandai-andai makanya aku setuju untuk mengikuti  kompetisi ini” Junielpun menerangkan alasannya.

Ryeowook mengangguk-anggukan kepalanya.

“aah… arraseo… mianhe, jika kebaikanku pada kalian, membuat kalian salah paham” Ryeowook tersenyum.

“apa maksudmu Ryeowook-ah?” tanya Beige mengerutkan alisnya.

“begini, aku hargai perasaan kalian padaku. Tapi, jika harus memilih siapa diantara kalian yang akan menjadi pacarku, jujur saja aku tidak bisa” jawab Ryeowook tegas.

“lalu…” Juniel menunggu penjelasan Ryeowook.

“aku memutuskan tidak akan memilih kalian sebagai pacarku” Ryeowook menunggu respon ketiga yeoja itu.

“apakah Oppa sudah punya pacar?” Luna mulai berkaca-kaca.

“emh… begitulah” Ryeowook kembali tersenyum.

“jangan membuat kami bingung. Katakan siapa dia!” perintah Beige dengan wajah cemberut.

“dia… bukanlah dari kalangan artis seperti kalian. Dia hanyalah seorang yeoja biasa” kata Ryeowook.

“apa dia lebih imut dariku?” tanya Juniel tidak terima.

“ani… wajahnya tidaklah imut” Ryeowook menggeleng.

“lalu siapa dia?” tanya Beige semakin penasaran.

“dia adalah seorang penulis” jawab Ryeowook lugas.

“penulis? Penulis lagu?” tanya Luna yang dibalas gelengan kepala oleh Ryeowook.

“penulis novel?” tanya Juniel.

“eemhh… bukan…” Ryeowook kembali menggeleng.

“penulis berita?” kali ini Beige sudah tidak bisa bersabar lagi.

“bukaaan… dia bukanlah penulis seperti yang kalian kira. Dia adalah orang yang selalu menulis tentang kebahagiaanku. Terkadang dia sedikit “gila” ketika menulis tentang kehidupan yang harus aku jalani. Tapi walaupun begitu, aku sangat mencintainya, karena cintanya yang sangat besar padaku” terang Ryeowook sambil menerawang.

“yaak katakan siapa dia!” perintah Beige, Luna dan Juniel.

“baiklaah,… aku akan mengatakannya. Tapi, kalian jangan marah pada orang itu” pinta Ryeowook.

“emh… kalau itu… tergantung…” ketiga yeoja itu memasang smirk di wajahnya masing-masing.

“cck…. Kalau begitu demi keselamatan yeoja yang aku cintai, aku tidak akan mengataknnya pada kalian” kata Ryeowook tenang.

“haaah, kami sudah lelah. Baiklah, kami tidak akan apa-apa kan pacarmu itu. Katakan siapa dia!” ketiga yeoja itu akhirnya mengalah.

“dia… adalah… penulis ff ini. Kirey midori” jawab Ryeowook sambil tersenyum.

 

THE END

 

Yaa, sebaiknya saya segera kabur, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Permisi… ^^ 😀 v

 

Yang baca, tinggalin komen ya! Makasih

I love U all.

 

note: sebenarnya Ryeowook tuh real kissnya sama Luna atau Choa? 🙂

 
14 Komentar

Ditulis oleh pada September 9, 2013 inci Fanfiction, FF One Shoot

 

Tag: , ,

Just Dream

Sore itu, kamu datang ke rumah ku. Dengan senyum manis yang mengembang di wajahmu, kamu menyapaku.

“Hai… lama nggak ketemu” katamu sambil menyandarkan diri di kusen pintu.

Aku terhenyak. Bagaimana mungkin orang yang selama ini aku rindukan, orang yang selama ini selalu mengisi ingatanku, saat ini berada tepat di depan mataku. Aku kembali menatapmu, memastikan bahwa ini bukan mimpi. Kulihat lagi senyum manismu, dan aku yakin bahwa ini bukan khayalanku.

“aku baik-baik saja. masuklah!” kataku mempersilahkan kamu masuk, dengan wajahku yang merona dan terasa panas menahan rasa bahagia.

Kamu duduk di kursi itu. Emmh, sama seperti ketika terakhir kali kamu datang ke rumah. Teman kita yang kamu ajak hanya senyum-senyum melihat kelakuanku yang sangat kaku dihadapanmu.

“waah… udah lama banget ya aku nggak datang kesini. Tapi suasananya masih tetep sama” begitu katamu sambil pandanganmu mengitari ruang tamu rumahku.

Aku kembali tersenyum.

“kamu kemana aja? Hmmh baru datang lagi kesini?” tanyaku padamu sambil menyipitkan mata. Raut wajah yang biasa aku perlihatkan padamu waktu lagi merasa kesal.

“maafkan aku, emh, selama ini aku sibuk” jawabmu sambil tersenyum.

Perlahan aku mencuri pandang pada wajahmu. Tidak ada perubahan sama sekali. Senyummu, raut wajahmu, bahkan rambutmu, tetap saja seperti itu. Seperti ketika terakhir kali kita bertemu.

Perlahan kamu menyesap teh hangat yang aku sediakan untukmu. Temanmu hanya senyum-senyum saja.

“ekhm, aku nggak ditanya nih?” begitu protesnya.

“aaah… maaf, aku terlalu seneng lihat kedatangan kalian. Gimana kabarmu?” tanyaku pada temanmu itu.

“emh baik” katanya sambil mengangguk-angguk.

“kamu udah kerja?” tanyamu padaku.

Aku hanya menggeleng. “hehe, sebenarnya aku baru menyelesaikan kuliahku. Mungkin bulan depan aku wisuda” kataku sambil nyengir.

“aah masa? Kamu juga baru selesai kuliah?” temanmu tampak tidak percaya.

“iya. Sudahlah nggak usah kaget begitu, aku tahu, kamu juga sama kan, baru selesai kuliah” aah senang sekali bisa membuat temanmu itu terdiam. Dia hanya cengar-cengir kearahku.

“oh iya, kamu suka ini kan. Ini, aku sengaja membawakan untukmu” katamu sambil menyerahkan sebuah bungkusan.

Aku sedikit mengintip apa isi bungkusan itu.

“apa ini?” tanyaku penasaran.

“itu makanan kesukaan kamu” katamu sambil tersenyum.

Aku membulatkan mata. ‘kerupuk kulit’ pikirku. Kamu selalu tahu apa yang menjadi kesukaan aku.

“makasih” aku tersenyum ceria.

Kita menghabiskan waktu sambil ngobrol ngalor ngidul. Membicarakan berbagai hal, pengalaman-pengalaman selama kita nggak ketemu. Aku sangat senang. Pipiku sampai terasa pegal karena terus-terusan tersenyum. Rasanya nggak bosan mendengar suaramu yang merdu. Ya, menurutku suaramu itu sangat halus, dan begitu enak didengar. Hingga akhirnya kata itu terucap juga dari bibirmu.

“emmh, sudah mau malam. Kita pulang dulu ya” pamitmu.

Dengan berat hati aku menganggukan kepala. Padahal sisi lain dari hatiku ingin menahanmu disini. ‘jangan pergi lagi’ ingin sekali aku katakan kalimat itu. Namun, tidak mungkin.

Aku mengantarmu dan temanmu hingga beranda rumah. Selangkah demi selangkah, kakimu mulai meninggalkan halaman rumahku. Aku hanya bisa menatap punggungmu yang kemudian menghilang disebuah tikungan jalan.

Aku tersentak. Aku baru menyadari, ada sesuatu yang belum aku berikan padamu. Secepat mungkin aku masuk kedalam rumah, dan berlari mengejarmu.

Aku masih bisa melihatmu tengah berdiri menunggu angkutan umum yang lewat. Mungkin sekelebat, kamu bisa melihat kedatanganku. Akupun melambaikan tangan berharap kamu menungguku. Dengan semangat, aku berlari menghampirimu. Namun, aku tidak bisa melihatmu disana. Ketika ku berbalik, kamu sudah menaiki angkutan umum yang baru saja lewat. Dan entah apa yang merasukiku pada saat itu. Dengan bodohnya aku berlari mengejar mobil itu sambil meneriakkan namamu. Sambil menangis aku terus berlari. Akhirnya mobil itu berhenti, lalu kamu keluar sambil memandangku kaget.

“kenapa? kenapa harus mengejar mobil yang melaju kencang seperti ini?” tanyamu khawatir.

“maaf. Tapi aku harus memberikan ini” kataku sambil menyerahkan sebuah kotak yang berisi kue buatanku ke tanganmu.

Kamu menerima pemberianku dengan tatapan yang tidak bisa aku terka apa maksudnya.

“jadi karena ini, kamu bela-belain mengejarku?” tanyamu sedih.

“iya. Aku harap kamu menyukainya” kataku mencoba tersenyum.

“aku pasti menyukainya. Aku selalu suka kue buatanmu. Terima kasih” katamu lirih.

Tak lama kemudian, kamu kembali menaiki angkutan umum itu. Dan mobil itu meninggalkan aku seorang diri. Rasanya ingin menangis, tapi aku tahan.

‘suatu hari aku pasti akan bertemu lagi’ begitu pikirku.

Aku berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Sesekali aku menendang kerikil kecil yang bertebaran disana. Namun, kakiku tersandung sesuatu hingga aku terjatuh.

Aku tersentak, lalu membuka mata.

Langit-langit yang putih adalah pemandangan pertama yang tertangkap oleh mataku. Aku mencoba mengumpulkan ingatanku. Ku lirik kanan dan kiriku. Rasa dingin yang sempat kurasakan, kini telah menghilang, karena selimut hangat yang membungkus tubuhku. Kuraih handphone di samping kananku. Angka-nya menunjukkan pukul 04:30 yang artinya sebentar lagi adzan subuh berkumandang.

‘haah sial, kenapa aku harus memimpikannya lagi? aku sudah siap melupakannya kenapa dia muncul lagi dalam mimpiku?’ tanyaku dalam hati sambil bangkit dari tidurku.

 ~o~

 

“Walaupun aku mencoba merelakan semuanya menghilang, namun terkadang rasa rindu itu datang lagi. entah apa yang harus aku lakukan. Ini adalah pilihankku, ini adalah keputusanku. Melupakanmu adalah hal yang terbaik yang bisa aku lakukan. Tapi kenapa wajahmu tidak pernah hilang dari ingatan???”

 

 

*udah di share di FB dan kompasiana dengan judul yang berbeda*

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada September 9, 2013 inci cerpen, curhatku

 

Wajah Daebak Kim Ryeowook

Annyeong haseyo, bagaimana kabar readerdeul sekalian? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat ya. ^^ Postingan kali ini, merupakan jenis postingan “balas dendam” wkwkw. Kenapa dinamakan seperti itu, karena aku… hikss.. patah hati *pingsan.

Oke, jadi ceritanya nih, aku lagi kesel sama Ryeowook. Kenapa coba dia tuh mesti melakukan real kiss di dramusnya?? Haah, dan kenapa aku suka banget ngeliatnya? Padahal dalam hati tersayat-sayat. #eeeaaa. Hehe..

Foto-foto yang mau aku share, bukan foto wook yang cakep. Kan kemarin-kemarin yang cakepnya udah, sekarang kita lihat wook dari sisi yang berbeda. Hahaha *ketawa setan*.  Postingan kali ini nggak ada niat untuk ngebash si oppa kok. Salahin aja foto-fotonya kayak gitu, jadi aja ngorek-ngorek pikiran kotorku untuk keluar. *ngomong apa ini*. Baik untuk mengoptimalkan waktu, mari kita nikmati saja wajah-wajah “WOW” nya Ryeowook. Beneran biarpun kayak gini, aku tetep cinta mati sama dia. Hehe.

Capsusssss 🙂

pertama

“Wadduuhh, muka gue yang mana yah yang mau di share???” *cemas

1

yang ini gimana???

2

gini nih wajahnya si oppa kalo gigit-gigit bibir. ini tuh tandanya lagi gemes, kesel, seneng, marah, atau sedih?? *plaakkk

3

aigoo vampire wook. hehehe.

klo wook jadi vampire, hisap aku woookkk !!! *dibantai

4

Wook: “hmmh, cuma segitu doang pict-nya?? kirain”

Me: “belum Oppa, ini masih pemanasan. kekekeke”

5

Wook: “Appaaaa??? masih kurang HOT???”

6

nih wajah aneh Ryeowook yang selanjutnya. hahaha, mirip jerapah yah. *plaaakk

Kyuhyun: “author, Hwaitiiiiing”

heuheu sesama evil. ckckck

7

niiiih lagi ngapain coba? aish Wook, kamu ngapain sih beybeh? ccckkk…

masih ada imutnya nggak??

😀


9

eumh, saking menghayati lagu yaah. 😛

Wook, menghayati lagu sih boleh-boleh aja, itu jerapahnya jangan dicekik gitu, kasian.

10

hahaha, ketawanya pasti dia lagi ngikik nih. >,<

11

dia lagi seneng. 😛

13

Wook: “puas lu thor”

Me: “belum oppaaaa, masih ada yang mau dishare. tenang aja Ne”

17

19

haaah, aku stress liat muka-muka Ryeowook yang lagi begini nih.

>,<

18

Wook: “makanya jangan pasang foto orang sembarangan. :P”

Me: *pundung

21 (2)

tenaaang nih masih ada wajah rupawan Ryeowook. kkkkk.

tuuuh kan mirip jerapah lagi kan? *plaak

21

yaelaaah oppa nguapnya jangan gede-gede napa. ntar ada yang masuk looh

22(1)

idiiih abis nguap-nguap, jadi ngantuk. bobo aje deeeh >,<

22

hahaha… aku seneng liat foto ini.

aduuh wook, makanya jangan sok-sok’an crossdress deh, jadinya encokmu kumat kan??

*digeplak Wook*

23 (2)

ini juga, muka apa coba kayak begini?? huhuhu

23

kalo yang ini, wajah ketakutan dia. hahaha…

Wook hebat deh, berani difoto sama ular. Waktu itu kan barengan ama Won ya, tapi Won mah nggak beraani.

*pelukWook*

24

Wook: “duuh ini author lama-lama minta dicincang. mesti gimana lagi coba biar dia brenti?” *kesel

25

Wook: “Kireeey, udah dong jangan share-share yang aneh lagi. nih, ane kasih abs deh biar lu brenti”

Me: “Oppa stop, itu abs jangan diumbar ntar banyak yang pingsan” *turunin baju Wook tutupin abs*

b

Oppaaa itu mic, bukan makanan. *duagh

l

gaya nya sama. hahaaa… V

BK9hS3gCMAEOQ1f

aduh oppaaa daebak muka mu, bisa menampilkan berbagai ekspresi.

*geleng-geleng*

BM6wUqCCcAA3U00

heuheuheu….

rambutnya wook

>///<

BQ6F4LhCEAA0cXR

Wook: “sabaarrr…. sabaarrrr”

Me: “hehe, tambah sayang deh sama Oppa, udah dibully juga masih aja tetep sabar. :)”

27Wook: “kagak bisa disabarin lagi”

Me: “Oppa melototmu takuuuuuttt”

28

Wook: “makanya jangan suka mancing kemarahan orang. jadi malu kan, readerdeul pada tau wajah “aneh”ku. tanggung jawab hayoooh” *sambil nunjuk-nunjuk.

Me: “baiklah pemirsa, karena si Oppa udah marah-marah, sebaiknya aku undur diri aja deh. beneran, ini mah buat have fun aja ya. jangan terlalu diambil pusing. viis. yang udah liat-liat dan baca, leave a comment yah. makasih…. :)”

29

1. si Kirey nyebelin. masa pasang foto wajahku yang aneh-aneh sih.

2. duuh aku kan jadi malu. apa kata ryeosomnia ntar?

3. gimana kalau mereka nggak ngefans lagi sama aku??

4. tapi, BTW, foto-fotonya lucu juga yah. heee.

15

OMG…

postingannya TOP wwkkwkw.

credit pict as tagged 🙂

 
28 Komentar

Ditulis oleh pada September 9, 2013 inci my bias

 

Tag: