Moonlight Melody
Cast : Ryeowook, Sungmin, Kyuhyun
Rated : T
Genre : Romance, Angst, (GS)
Disclaimer : ff ini hasil dari imajinasi saya, semuanya hanya fiktif dan tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.
*selamat membaca*
~o~
Gubernur Yun tampak merenung di ruangannya. Walaupun masa jabatannya akan segera berakhir dalam beberapa bulan lagi, tapi dia ingin menikmati saat-saat akhir kedudukannya dengan sesuatu yang sudah ia impikan sejak lama. Sehelai kertas tampak berada diatas meja dihadapannya.
“bagaimana? Apakah kau sudah menjalankannya sesuai rencana?” tanya Gubernur Yun pada seorang pengawal kepercayaannya yang biasa dipanggil Man Bo.
“saya sudah menjalankan sesuai dengan apa yang tuan perintahkan” jawab Man Bo sambil menganggukkan kepala.
“bagus. Sesaat lagi, kau akan melihat bagaimana aku akan menjadikan Putri Kim sebagai istriku. Hehehe” kekehnya sambil mengusap dagunya perlahan. Pikirannya telah dipenuhi oleh angan-angan indah pada pernikahannya dengan Putri Kim kelak. Ia yakin, rencananya kali ini untuk menjebak Tuan Kim akan berhasil.
“saya turut bahagia Tuan. Bagaimanapun juga kebahagiaan anda, adalah kebahagiaan saya, Tuan” kata Man Bo hormat.
Malam itu, Gubernur Yun mengunjungi rumah gisaeng, sekedar ingin meluapkan kebahagiaan atas rencana yang ia susun. Dan Man Bo dengan setia mendampingi tuannya yang berumur hampir 50 tahun itu.
~o~
Bulan purnama bersinar dengan terang di langit Istana Timur. Sesekali awan tipis yang tertiup angin, berarak menutupinya. Namun, sedikitpun tidak mengurangi cahaya yang terbias dari bulan itu.
Lee duduk disebuah gazebo di halaman belakang. Saat ini dirinya tidak bisa memejamkan mata, walaupun malam telah beranjak larut. Perkataan Tuan Kim masih terngiang jelas ditelinganya. Lee mengusap pelan kepala pedang yang ada di pangkuannya. Bibirnya terkatup rapat menahan semua emosi yang kini berkecamuk dalam hatinya. Lee mendongakkan kepala, ditatapnya rembulan yang menyinari wajahnya dengan sinarnya yang lembut. Dia memejamkan mata, seolah menikmati cahaya bulan yang menyentuh permukaan wajahnya.
‘takdir? Seperti inikah takdir itu? Sangat sakit. Walaupun aku mencoba menahannya, mengapa hatiku rasanya seperti teriris?’ bisik hati Lee, tangannya meremas sarung pedang yang berukir naga yang melingkar.
“tidak. Aku tidak boleh seperti ini. Tugasku adalah melindungi Putri Kim hingga akhir hidupku. Walaupun terasa sakit, aku akan menempuh jalan ini. Aku akan tetap bertahan, untuk Putri Kim” tekadnya sambil menatap lurus kegelapan malam yang ada di hadapannya.
Lee bangkit dari duduknya, lalu melepas sarung pedangnya. Tanpa merasa lelah dia melatih kemampuan pedangnya di bawah cahaya bulan. Tangan kanannya dengan terampil memutar dan memainkan pedang yang menjadi senjata andalannya. Beberapa menit telah berlalu, namun Lee masih tidak menghentikan latihannya. Keringat sudah menetes dari ujung poninya. Bahkan nafasnya sedikit tersengal, namun Lee tetap mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Hingga tanpa sengaja ia menangkap satu sosok yang sudah sangat ia kenal duduk di gazebo yang tadi ia tempati. Seketika Lee menghentikan latihannya lalu menatap gadis yang duduk di dalam gazebo itu.
“kenapa kamu tidak berlatih hingga pingsan Lee?” tanya Putri Kim dengan nada marah. Dia tidak suka melihat Lee yang terlalu memaksakan latihannya. Apalagi kondisi tangan Lee yang masih belum pulih benar membuatnya khawatir.
“maafkan Putri, aku hanya melatih kemampuan pedangku saja. akhir-akhir ini, aku jarang berlatih jadi terasa kaku” sahut Lee sambil menghampiri Putri Kim, lalu duduk disampingnya.
“tapi tidak perlu memaksakan diri seperti tadi kan?” Putri Kim kesal. “minumlah!” kata Putri Kim seraya menggeserkan sebuah nampan yang berisi poci dan cawan kecil kearah Lee. Melihatnya Lee hanya tersenyum, lalu menuangkan air yang ada di dalamnya kedalam cawan itu.
“kenapa anda belum tidur?” tanya Lee.
“bagaimana aku bisa tidur Lee? Terlalu banyak yang mengganggu pikiranku” jawab Putri Kim.
Semilir angin terasa menyejukan bagi Lee. Nafasnya sudah berangsur normal kembali. Sementara Putri Kim, dia menyusupkan tangannya kedalam hanboknya. Dia duduk dengan kaki yang tertekuk, dagunya ia sandarkan di kedua lututnya. Lee hanya tersenyum menatap gadis yang duduk disampingnya itu. Dapat ia lihat raut wajah kebingungan dan kekhawatiran dari Putri Kim. Tiba-tiba Putri Kim mendongakkan kepala. Menatap langit malam yang bertabur bintang, dan bulan yang bersinar terang. Pemandangan kali ini, membuat pikirannya sedikit tenang. Semilir angin menyapu wajahnya lembut.
“apakah bulan purnama itu… selalu secantik ini?” tanya Putri Kim memecahkan kesunyian diantara keduanya.
“tidak. Malam ini, ia kelihatan lebih cantik” kata Lee sambil menatap bulan itu juga. Sekilas, Putri Kim menatap Lee dengan tatapan cemburu.
“eumh, Lee, apa yang kau pikirkan ketika menatap bulan?” tanya Putri Kim sambil menengokan kepalanya untuk melihat wajah Lee. Sebuah senyum simpul samar terlihat di bibir Lee.
“ya? Umm… Ketika aku menatapnya… aku hanya merasakan kedamaian. Tidak ada kesedihan dan perbedaan disana. Wajah cantiknya yang lembut… selalu terlihat sama. tidak pernah berubah dari waktu ke waktu” jawab Lee sambil menatap bulan itu.
“apa yang kamu bicarakan Lee?” tanya Putri Kim sambil menatap wajah Lee dengan tatapan serius.
“eh?” Lee merasa heran dengan ekspresi Putri Kim. “kita… kita sedang membicarakan bulan kan?” tanya Lee gugup melihat Putri Kim yang menatapnya.
“tapi, kamu terdengar seperti tengah membicarakan seseorang” kata Putri Kim pelan, perlahan dapat ia rasakan wajahnya yang memanas. Segera ia tundukkan wajahnya diatas lututnya.
‘aish, kenapa aku harus berkata seperti itu?’ rutuk Putri Kim dalam hati, merasa konyol atas rasa cemburunya pada sang rembulan.
“tapi, aku memang sangat menyukai bulan. Terutama bulan purnama” kata Lee dengan suaranya yang kembali tenang.
‘karena dengan melihat bulan yang terang, aku dapat melihat wajah yang tersimpan disana. Wajah yang selalu dipenuhi keceriaan, wajah yang penuh kedamaian, wajah cantik nan lembut, wajahmu, Putri Kim’ bisik Lee dalam hati.
Suasana kembali tidak nyaman. Keheningan menyelimuti mereka kini. Malam semakin larut, suara binatang malam semakin jelas terdengar. Putri Kim mengeratkan pegangan tangannya, mengharap udara yang dingin tidak terlalu mengganggunya.
“Lee… perjodohan itu…” Putri Kim kembali membuka mulutnya sambil menengok kearah Lee, nada suaranya terdengar sedih.
“ne?” tanya Lee, dia juga menengokkan kepalanya menatap Putri Kim.
“aku… aku tidak setuju dengan perjodohan itu. Aku ingin membatalkannya… tapi… bagaimana caranya agar aku bisa memberitahu ayah??” tanya Putri Kim sambil menggigit bibir bawahnya.
“apa yang anda katakan? Membatalkan perjodohan itu? Bagaimana mungkin?” Lee melihat wajah Putri Kim yang kebingungan.
“aku hanya merasa, aku tidak siap jika harus menghabiskan hari-hariku bersama Bangsawan Cho. Aku… aku tidak bisa Lee” tatapan mata Putri Kim memancarkan rasa meminta pertolongan Lee.
“iya, tapi kenapa anda ingin membatalkannya? Aku yakin Tuan Kim sudah memikirkan ini sejak awal” kata Lee tidak mengerti.
“tapi aku tidak bisa Lee…” nada bicara Putri Kim berubah putus asa.
“bolehkah aku mengetahui alasannya?” tanya Lee.
“aku… aku…” Putri Kim nampak ragu untuk melanjutkan perkataannya.
“katakanlah! Tidak perlu takut” Lee menenangkan.
“sebenarnya… aku… mencintai orang lain” jawab Putri Kim sambil menatap Lee yang sedang menatap lekat matanya. “aku sangat mencintai dia Lee. Memikirkan bahwa aku tidak bisa hidup bersamanya, dadaku tiba-tiba merasa sesak… hatiku terasa sakit, jika memikirkan dia…” mereka berdua masih saling berpandangan. Deru nafas Putri Kim dapat terdengar dengan jelas di telinga Lee. “hatiku telah terisi oleh orang itu… aku tidak mungkin membiarkan orang lain masuk untuk menggantikan posisinya Lee” kata Putri Kim sambil menundukkan kepalanya, setetes airmata jatuh di pipi Putri Kim.
Lee hanya mampu menatap wajah Putri Kim. Ingin sekali ia menghapuskan airmata di pipi tirusnya itu. Jantungnya berdegup kencang mendengar pernyataan Putri Kim barusan. Kepalanya agak menunduk, dan tiba-tiba sebersit rona merah singgah di pipinya.
Lee sangat yakin bahwa apa yang Putri Kim katakan, adalah isi hatinya yang terdalam. Dan dia yakin dengan melihat raut wajah Putri Kim, bahwa kata-kata yang gadis itu ucapkan adalah, untuknya. Ya, untuk dirinya, Lee Sungmin. Seulas senyum, terlihat di wajah Lee. Namun, seketika itu juga senyum manis itu menghilang begitu saja, ketika Lee menyadari siapa dirinya. Diantara dia dan Putri Kim ada satu batasan tak kasat mata, yang menghalangi mereka untuk bisa bersama. Lee mencoba menahan perasaan hatinya. Tak mungkin bagi dirinya melawan takdir yang telah menjadi garis tangannya. Perlahan Lee mengangkat kepalanya, lalu menoleh ke samping kirinya, dimana Putri Kim masih menundukkan kepalanya.
“Putri Kim…” kata Lee pelan, gadis itu perlahan-lahan menolehkan kepalanya. “Bangsawan Cho… dia adalah pria yang baik…” terasa sangat sulit bagi Lee untuk mengatakannya pada Putri Kim.
“iya, dia memang pria yang baik, bahkan menurutku dia sangat baik. tapi…” sebelum Putri Kim selesai dengan perkataannya, Lee segera memotongnya.
“tolong terima saja perjodohan ini” putus Lee tegas.
“Mwo?” Putri Kim merasa dirinya sangat ringan, dia dapat menebak bagaimana kelanjutan perkataan Lee. “apa maksudmu Lee? Apakah kamu tidak mendengar bahwa aku…”
“tolong dengarkan penjelasanku dulu” pinta Lee, Putri Kim terdiam.
“ini adalah keputusan yang telah dibuat oleh Tuan Kim. Aku yakin, Tuan Kim melakukan ini bukanlah tanpa alasan, tapi beliau ingin agar putrinya hidup bahagia bersama dengan orang yang tepat. Tuan Kim telah mengenal keluarga Cho cukup lama, dan itu membuat keluarga kalian saling mengenal. Percayalah, Bangsawan Cho adalah orang yang bisa membuat anda bahagia” terang Lee.
“maksudmu, karena keluargaku dan keluarganya sederajat, maka dia bisa membahagiakan aku? Begitukah maksudmu Lee?” Lee hanya mengangguk pelan.
“jika berpikir seperti itu, maka kamu salah Lee. Kebahagiaan datang bukan karena harta, tapi karena hati. Rasa kasih sayang itu tidak bisa dibeli dengan uang. Kamu salah, jika aku bisa bahagia bersamanya karena dia adalah anak seorang walikota” sanggah Putri Kim.
“ada satu hal yang harus anda ingat. Kedudukan anda Putri. Sebagai putri dari seorang pejabat, sudah seharusnya anda menikah dengan pria yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari anda. Dan itu, ada pada diri Bangsawan Cho, selain itu anda harus bersikap bijak agar anda menjadi putri yang baik, yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat di luar istana” Lee mencoba menahan perasaannya.
“Lee, kamu sangat kejam. Bagaimana mungkin kamu berkata seperti ini” Putri Kim berusaha menahan tangisnya, pandangannya sudah buram terhalangi airmata yang menggenang.
“maafkan aku Putri. Tapi ini adalah keputusan yang harus anda ambil. Walaupun pahit, tapi ini adalah sesuatu yang harus anda hadapi. Mulai besok, cobalah untuk menerima kehadiran Bangsawan Cho, dan bukalah hati anda untuknya” kata Lee dengan suara bergetar.
Putri Kim menatap Lee dengan tatapan tidak percaya. Dia tidak menyangka bahwa Lee akan berkata seperti ini. Perasaan hatinya hancur, mendapati bahwa rasa cintanya tidak akan pernah berbalas hingga kapanpun. Putri Kim mengusap pipinya kasar.
“baiklah jika itu keinginanmu, aku akan menerima perjodohan ini. Tapi apa kamu yakin tidak akan menyesal pada keputusanku?” tanya Putri Kim menatap Lee tajam.
“apa maksud anda Putri?” Lee tidak mengerti.
“seandainya suatu hari aku tidak bahagia hidup bersamanya, maka kamu tidak akan pernah menyesal memintaku menerima perjodohan ini” jelas Putri Kim.
“Putri… aku tidak bermaksud…” perkataan Lee segera dipotong oleh Putri Kim.
“rasa sakit karena cintaku, biarlah aku tanggung sendiri. Mungkin, setelah hatiku merasa perih, aku bisa memberikan sedikit celah untuk bangsawan Cho” desis Putri Kim dengan airmata berlinang.
Putri Kim beranjak dari tempat itu. Kakinya melangkah kembali menuju kamarnya. Sementara Lee, dia mengikutinya dari belakang. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Putri Kim. Di pelataran depan kamarnya, Putri Kim menghentikan langkahnya yang membuat Lee melakukan hal yang sama. Perlahan Putri Kim mendongakkan kepala, menatap sendu bulan yang bersinar terang. Dapat ia lihat disamping kanannya bayangan dirinya dan Lee akibat pantulan sinar rembulan itu. Tiba-tiba tubuh Putri Kim menegang, ketika melihat tangan Lee yang terangkat. Dia seolah ingin menyentuh bahu Putri Kim, namun tak lama, tangan itu kembali diturunkan. Mungkin ia menyadari bahwa Putri Kim tengah menatap bayangannya. Putri Kim hanya mampu menggigit bibirnya, dan airmata kembali mengalir di pipi tirusnya. Tanpa menunggu lagi, dia berjalan menaiki tangga lalu memasuki kamarnya, kemudian ia menutup pintunya pelan.
“kau sangat kejam Lee. Bagaimana bisa kau membohongi perasaanmu… hiks… bagaimana bisa kau menyakiti dirimu sendiri dengan melihatku menikah dengan orang lain…” tangisan lirih terdengar dari bibir mungilnya.
Lee hanya menatapi jendela kamar Putri Kim yang tertutup. Hatinya menyesal mengapa harus menyakiti perasaan gadis itu. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Dia hanya berharap apa yang menjadi keputusannya adalah yang terbaik.
‘aku harap, kau akan menemukan kebahagiaanmu bersamanya. Maafkan aku Putri Kim’ bisik hati Lee.
Tiba-tiba jendela kamar itu terbuka perlahan. Putri Kim seolah mengetahui bahwa Lee masih berdiri disana. Dengan tatapan sendu, Putri Kim menatap Lee yang mendongak menatapnya.
Mereka tidak menyadari, seseorang mengikuti mereka sejak tadi. Dari kejauhan, sepasang mata itu memperhatikan apa yang Lee dan Putri Kim lakukan.
“ottoke? Apakah aku harus membatalkan perjodohan ini?” bisiknya pelan, tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya.
“tidak. Aku sudah mencintainya sejak awal kami bertemu. Maafkan aku Lee” sisi keegoisannya sebagai seorang pria membuatnya mempertahankan perasaannya untuk Putri Kim.
~o~
Siang itu matahari bersinar cerah. Udara terasa sangat panas apalagi saat ini memasuki tengah hari. Lee duduk didalam gazebo yang semalam ia tempati bersama Putri Kim. Disana adalah tempat favoritnya untuk berlatih pedang. Suasananya yang sunyi membuatnya dapat berkonsentrasi dengan baik. Dia mendengar langkah seseorang mendekati gazebo itu.
“aku melihat permainan pedangmu tadi malam” katanya sambil mengedarkan pandangannya. Mengagumi keindahan Istana Timur, bahkan hingga tempat yang berada di belakang istanapun tempatnya masih terlihat indah.
“Bangsawan Cho” Lee menunduk memberi hormat.
“ayo kita berlatih pedang!” ajak Bangsawan Cho sambil mengeluarkan pedang yang ia bawa.
“Ne?” Lee menatap Bangsawan Cho tidak mengerti.
“ada sesuatu yang harus aku katakan padamu. Jadi, ayolah tidak perlu mengulur waktu” Bangsawan Cho mengeluarkan pedang dari sarungnya. Pedang itu tampak berkilat terkena sinar matahari.
“anda… ingin berlatih dengan pedang sungguhan?” tanya Lee khawatir.
“kenapa? kau tidak sedang merasa takut kan, Lee?” tanya Bangsawan Cho menyebut nama Lee.
“hh… tentu saja tidak” kata Lee sambil tersenyum. Lalu diapun mengeluarkan pedangnya.
Kedua pria itu pun bersiap dengan memasang kuda-kuda. Pedang yang berkilatan di tangan kanan mereka menandakan bahwa pedang mereka itu sangat tajam.
“majulah!” perintah Lee.
Bangsawan Cho segera menerjang Lee sambil menghunuskan pedang. Secepat kilat Lee menghindari pedang itu agar tidak mengenai kulitnya.
Trang … trang… trang …
Terdengar suara pedang yang beradu. Bangsawan Cho yang menyerang Lee, sedangkan pemuda itu hanya menahan setiap serangan Bangsawan Cho.
“kerahkan kekuatanmu Lee. Aku tidak ingin kamu mengalah padaku!” perintah Bangsawan Cho merasakan bahwa Lee hanya menghindari serangannya.
Bangsawan Cho semakin cepat mengayunkan pedangnya. Namun tetap saja Lee hanya menghindarinya. Bangsawan Cho menarik sudut bibirnya membentuk sebuah seringaian.
Sambil mengayunkan pedang kearah Lee hingga kaki pemuda itu mundur beberapa langkah. Pedangnya menangkis pedang yang Bangsawan Cho arahkan padanya. Bangsawan Cho semakin mendorong pedangnya lebih kuat, namun Lee tetap saja bertahan, ia tidak menyerangnya sedikitpun.
“menurutmu bagaimana perjodohanku dengan Putri Kim?” tanya Bangsawan Cho sinis.
Lee menegang mendengar perkataan Bangsawan Cho.
“itu… bukan ide yang buruk kan?” kembali Bangsawan Cho bertanya.
Dengan geram Lee mendorong pedang Bangsawan Cho hingga hampir terlepas dari pegangannya. Dengan cepat Lee menyerang bangsawan Cho. Namun bangsawan itu bukanlah orang yang ceroboh. Dengan cermat dia dapat menghindar dan menangkis serangan Lee. Saat ini, giliran Lee yang mendorong tubuh Bangsawan Cho dengan pedang yang hampir menyentuh leher Bangsawan Cho namun tertahan karena pedang bangsawan Cho yang menghalangi. Lee tampak menggertakan giginya menahan kemarahannya. Wajah Bangsawan Cho pun tidak jauh berbeda. dia menahan kekuatan amarah Lee. Sebisa mungkin dia mengimbangi tenaga yang Lee salurkan melalui pedangnya. Hampir beberapa senti pedang itu menyentuh kulit leher Bangsawan Cho, hingga akhirnya pria itu mengeluarkan suaranya.
“aku mencintai Putri Kim, Lee” kata Bangsawan Cho, dengan suara yang agak terengah. Sontak membuat Lee menatap wajah lawan bicaranya.
“aku mencintainya sejak pertama kali bertemu di sungai itu” ujar Bangsawan Cho.
Lee menarik pedangnya dari leher Bangsawan Cho, membuat pria itu menghembuskan nafasnya lega.
“lalu apa hubungannya denganku?” tanya Lee pelan “mengapa anda mengatakan ini padaku?” tanya Lee sambil membelakangi Bangsawan Cho.
“kalian berdua saling mencintai. Tapi aku tahu kalian tidak bisa bersama. Maukah kamu memberiku ijin untuk mencintai Putri Kim?” tanya Bangsawan Cho yang hanya menatap punggung Lee.
“itu memang tugas anda. Anda adalah calon suami Putri Kim sudah seharunya anda mencintai dia dengan sepenuh hati” kata Lee perih.
Bangsawan Cho tersenyum mendengar perkataan Lee. Segera dia mengambil pedangnya. Dengan pelan Bangsawan Cho menepuk bahu Lee.
“terima kasih banyak Lee. Terima kasih” kata Bangsawan Cho kemudian meninggalkan tempat itu.
Lee mengantarkan kepergian Bangsawan Cho dengan tatapan matanya yang sendu. Dia meremas gagang pedang dengan penuh emosi.
“aaarrgghhh….” teriak Lee sambil menebas pohon sakura dihadapannya hingga batangnya patah.
Dengan nafas terengah-engah dia berlutut sambil berpegangan pada pedang itu.
~o~
Selesai berlatih pedang, Bangsawan Cho membersihkan dirinya. Setelah rapi, dia berjalan-jalan di halaman Istana Timur. Ayahnya sedang merundingkan urusan bisnis bersama Tuan Kim, dirinya tidak ada maksud untuk mengganggu pembicaraan ayahnya, sehingga ia hanya mengitari Istana Timur sendirian. Ketika tengah berjalan, dia melihat seorang gadis diiringi seorang pelayan di belakangnya. Wajahnya memanas melihat siapa gadis itu. Segera dia menghalangi langkah gadis itu.
“selamat sore Putri Kim” sapa Bangsawan Cho di hadapan Putri Kim. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan hanbok ungu muda bermotif bunga kecil di bajunya, sementara roknya berwarna ungu tua, dengan motif anggrek yang besar, membuat siapapun tidak akan mengalihkan pandangan dari kecantikannya.
“aah, Bangsawan Cho. Selamat sore” Putri Kim agak kaget melihat Bangsawan Cho di hadapannya, kemudian ia membungkuk hormat pada Bangsawan Cho.
“kau mau pergi kemana?” tanya Bangsawan Cho.
“mmm… aku ingin menemui Lee. Ada sesuatu yang harus aku katakan padanya” jawab Putri Kim.
“oh… dia ada di halaman belakang” kata Bangsawan Cho sambil menunjuk pelataran di belakang istana.
Sekelebat Putri Kim dapat melihat telapak tangan Bangsawan Cho yang berwarna kemerahan dan ada parut-parut luka.
“apakah tangan anda baik-baik saja?” tanya Putri Kim cemas.
“Ne?” Bangsawan Cho merasa aneh mendengar pertanyaan Putri Kim, lalu melihat telapak tangan kanannya dan tersenyum.
“aah ini? Aku tidak apa-apa. tadi aku sedikit berlatih pedang bersama Lee. Dia… dia seorang ahli pedang yang sangat hebat” puji Bangsawan Cho.
“aish… pasti dia menyerangmu habis-habisan. Dia memang seperti ini kalau sudah berhubungan dengan pedang” Putri Kim tampak merengut.
“Hyosun-ah, tolong ambil obat yang biasa aku berikan pada Lee. Cepatlah!” perintah Putri Kim pada pelayan yang mengikutinya.
“baik Putri. Permisi” Hyosun segera pergi dengan tergesa menuju kamar Putri Kim dan mengambil obat yang ada dalam sebuah kotak keramik.
Putri Kim meringis ketika melihat tangan Bangsawan Cho yang agak memar, akibat memegang pedang dengan sangat erat. Tak lama, Hyosun datang sambil menyerahkan obat ketangan Putri Kim.
“biasanya setelah berlatih pedang aku memberikan obat ini untuk Lee” kata Putri Kim sambil mengoleskan obat yang berwarna bening itu di telapak tangan Bangsawan Cho. Pria itu hanya menyunggingkan senyumnya melihat bagaimana pedulinya Putri Kim pada Lee. “Bagaimana? apakah sudah terasa ada perubahan?” tanya Putri Kim sambil memegang punggung tangan Bangsawan Cho.
“rasanya nyaman dan sangat dingin” jawab Bangsawan Cho sambil menganggukan kepala.
“cukup digunakan sekali saja, maka tanganmu akan membaik” kata Putri Kim sambil meratakan obat di telapak tangan yang ada di pangkuannya.
Bangsawan Cho mengagumi bagaimana kebaikan Putri Kim padanya. Mata Bangsawan Cho tidak henti memandangi kecantikan Putri Kim yang wajahnya agak tertunduk di sampingnya.
“kau sangat baik Putri Kim…” desisnya pelan.
“ne?” Putri Kim menengokan kepala kearah Bangsawan Cho yang tengah menatapnya.
Menyadari bagaimana dekatnya jarak wajah mereka, membuat pipi Putri Kim merona merah. Segera dia mengalihkan pandangannya.
“aku harus pergi. Semoga tangan anda segera pulih” kata Putri Kim sambil beranjak dari tempat mereka saat ini.
“tunggu” Bangsawan Cho menahan tangan Putri Kim dengan tangan kirinya.
“ada… apa lagi?” tanya Putri Kim sambil menundukkan kepala.
“besok adalah hari terakhir aku berada disini. Maukah kau pergi ke taman di luar istana?” tanya Bangsawan Cho penuh harap.
Putri Kim tampak menimbang keputusannya.
“umm… aku…”
To Be Continue
*hahaha… eugh, aku kasian sumpah sama Lee. Huhu, mianhe yeobo, kamu harus tersiksa, tapi tenang ada aku disampingmu. *dicekik*
Banyak yang nanya, Lee itu siapa? Lee adalah Lee Sungmin. Huweee.. Gimana chap ini? Suer deh Cuma dikit aja yang baca ff ini? Hahaha. Oke deh, ini spesial untuk kalian ya para komentator tercinta. 🙂
*mianhe jika kata-kata di cerita ini beda dari ffku yang lainnya. Gkgk. Terkesan lebay, tapi semoga dapat diterima ya :)*
Ditunggu reviewnya. See you 🙂