RSS

Arsip Kategori: (FF) Moonlight Melody

Moonlight Melody Chap 3

moonlight melody yuhuu1

Moonlight Melody
Cast : Ryeowook, Sungmin, Kyuhyun
Rated : T
Genre : Romance, Angst, (GS)
Disclaimer : ff ini hasil dari imajinasi saya, semuanya hanya fiktif dan tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.
*selamat membaca*
~o~

Gubernur Yun tampak merenung di ruangannya. Walaupun masa jabatannya akan segera berakhir dalam beberapa bulan lagi, tapi dia ingin menikmati saat-saat akhir kedudukannya dengan sesuatu yang sudah ia impikan sejak lama. Sehelai kertas tampak berada diatas meja dihadapannya.
“bagaimana? Apakah kau sudah menjalankannya sesuai rencana?” tanya Gubernur Yun pada seorang pengawal kepercayaannya yang biasa dipanggil Man Bo.
“saya sudah menjalankan sesuai dengan apa yang tuan perintahkan” jawab Man Bo sambil menganggukkan kepala.
“bagus. Sesaat lagi, kau akan melihat bagaimana aku akan menjadikan Putri Kim sebagai istriku. Hehehe” kekehnya sambil mengusap dagunya perlahan. Pikirannya telah dipenuhi oleh angan-angan indah pada pernikahannya dengan Putri Kim kelak. Ia yakin, rencananya kali ini untuk menjebak Tuan Kim akan berhasil.
“saya turut bahagia Tuan. Bagaimanapun juga kebahagiaan anda, adalah kebahagiaan saya, Tuan” kata Man Bo hormat.
Malam itu, Gubernur Yun mengunjungi rumah gisaeng, sekedar ingin meluapkan kebahagiaan atas rencana yang ia susun. Dan Man Bo dengan setia mendampingi tuannya yang berumur hampir 50 tahun itu.

~o~ 

Bulan purnama bersinar dengan terang di langit Istana Timur. Sesekali awan tipis yang tertiup angin, berarak menutupinya. Namun, sedikitpun tidak mengurangi cahaya yang terbias dari bulan itu.
Lee duduk disebuah gazebo di halaman belakang. Saat ini dirinya tidak bisa memejamkan mata, walaupun malam telah beranjak larut. Perkataan Tuan Kim masih terngiang jelas ditelinganya. Lee mengusap pelan kepala pedang yang ada di pangkuannya. Bibirnya terkatup rapat menahan semua emosi yang kini berkecamuk dalam hatinya. Lee mendongakkan kepala, ditatapnya rembulan yang menyinari wajahnya dengan sinarnya yang lembut. Dia memejamkan mata, seolah menikmati cahaya bulan yang menyentuh permukaan wajahnya.
‘takdir? Seperti inikah takdir itu? Sangat sakit. Walaupun aku mencoba menahannya, mengapa hatiku rasanya seperti teriris?’ bisik hati Lee, tangannya meremas sarung pedang yang berukir naga yang melingkar.
“tidak. Aku tidak boleh seperti ini. Tugasku adalah melindungi Putri Kim hingga akhir hidupku. Walaupun terasa sakit, aku akan menempuh jalan ini. Aku akan tetap bertahan, untuk Putri Kim” tekadnya sambil menatap lurus kegelapan malam yang ada di hadapannya.
Lee bangkit dari duduknya, lalu melepas sarung pedangnya. Tanpa merasa lelah dia melatih kemampuan pedangnya di bawah cahaya bulan. Tangan kanannya dengan terampil memutar dan memainkan pedang yang menjadi senjata andalannya. Beberapa menit telah berlalu, namun Lee masih tidak menghentikan latihannya. Keringat sudah menetes dari ujung poninya. Bahkan nafasnya sedikit tersengal, namun Lee tetap mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Hingga tanpa sengaja ia menangkap satu sosok yang sudah sangat ia kenal duduk di gazebo yang tadi ia tempati. Seketika Lee menghentikan latihannya lalu menatap gadis yang duduk di dalam gazebo itu.
“kenapa kamu tidak berlatih hingga pingsan Lee?” tanya Putri Kim dengan nada marah. Dia tidak suka melihat Lee yang terlalu memaksakan latihannya. Apalagi kondisi tangan Lee yang masih belum pulih benar membuatnya khawatir.
“maafkan Putri, aku hanya melatih kemampuan pedangku saja. akhir-akhir ini, aku jarang berlatih jadi terasa kaku” sahut Lee sambil menghampiri Putri Kim, lalu duduk disampingnya.
“tapi tidak perlu memaksakan diri seperti tadi kan?” Putri Kim kesal. “minumlah!” kata Putri Kim seraya menggeserkan sebuah nampan yang berisi poci dan cawan kecil kearah Lee. Melihatnya Lee hanya tersenyum, lalu menuangkan air yang ada di dalamnya kedalam cawan itu.
“kenapa anda belum tidur?” tanya Lee.
“bagaimana aku bisa tidur Lee? Terlalu banyak yang mengganggu pikiranku” jawab Putri Kim.
Semilir angin terasa menyejukan bagi Lee. Nafasnya sudah berangsur normal kembali. Sementara Putri Kim, dia menyusupkan tangannya kedalam hanboknya. Dia duduk dengan kaki yang tertekuk, dagunya ia sandarkan di kedua lututnya. Lee hanya tersenyum menatap gadis yang duduk disampingnya itu. Dapat ia lihat raut wajah kebingungan dan kekhawatiran dari Putri Kim. Tiba-tiba Putri Kim mendongakkan kepala. Menatap langit malam yang bertabur bintang, dan bulan yang bersinar terang. Pemandangan kali ini, membuat pikirannya sedikit tenang. Semilir angin menyapu wajahnya lembut.
“apakah bulan purnama itu… selalu secantik ini?” tanya Putri Kim memecahkan kesunyian diantara keduanya.
“tidak. Malam ini, ia kelihatan lebih cantik” kata Lee sambil menatap bulan itu juga. Sekilas, Putri Kim menatap Lee dengan tatapan cemburu.
“eumh, Lee, apa yang kau pikirkan ketika menatap bulan?” tanya Putri Kim sambil menengokan kepalanya untuk melihat wajah Lee. Sebuah senyum simpul samar terlihat di bibir Lee.
“ya? Umm… Ketika aku menatapnya… aku hanya merasakan kedamaian. Tidak ada kesedihan dan perbedaan disana. Wajah cantiknya yang lembut… selalu terlihat sama. tidak pernah berubah dari waktu ke waktu” jawab Lee sambil menatap bulan itu.
“apa yang kamu bicarakan Lee?” tanya Putri Kim sambil menatap wajah Lee dengan tatapan serius.
“eh?” Lee merasa heran dengan ekspresi Putri Kim. “kita… kita sedang membicarakan bulan kan?” tanya Lee gugup melihat Putri Kim yang menatapnya.
“tapi, kamu terdengar seperti tengah membicarakan seseorang” kata Putri Kim pelan, perlahan dapat ia rasakan wajahnya yang memanas. Segera ia tundukkan wajahnya diatas lututnya.
‘aish, kenapa aku harus berkata seperti itu?’ rutuk Putri Kim dalam hati, merasa konyol atas rasa cemburunya pada sang rembulan.
“tapi, aku memang sangat menyukai bulan. Terutama bulan purnama” kata Lee dengan suaranya yang kembali tenang.
‘karena dengan melihat bulan yang terang, aku dapat melihat wajah yang tersimpan disana. Wajah yang selalu dipenuhi keceriaan, wajah yang penuh kedamaian, wajah cantik nan lembut, wajahmu, Putri Kim’ bisik Lee dalam hati.
Suasana kembali tidak nyaman. Keheningan menyelimuti mereka kini. Malam semakin larut, suara binatang malam semakin jelas terdengar. Putri Kim mengeratkan pegangan tangannya, mengharap udara yang dingin tidak terlalu mengganggunya.
“Lee… perjodohan itu…” Putri Kim kembali membuka mulutnya sambil menengok kearah Lee, nada suaranya terdengar sedih.
“ne?” tanya Lee, dia juga menengokkan kepalanya menatap Putri Kim.
“aku… aku tidak setuju dengan perjodohan itu. Aku ingin membatalkannya… tapi… bagaimana caranya agar aku bisa memberitahu ayah??” tanya Putri Kim sambil menggigit bibir bawahnya.
“apa yang anda katakan? Membatalkan perjodohan itu? Bagaimana mungkin?” Lee melihat wajah Putri Kim yang kebingungan.
“aku hanya merasa, aku tidak siap jika harus menghabiskan hari-hariku bersama Bangsawan Cho. Aku… aku tidak bisa Lee” tatapan mata Putri Kim memancarkan rasa meminta pertolongan Lee.
“iya, tapi kenapa anda ingin membatalkannya? Aku yakin Tuan Kim sudah memikirkan ini sejak awal” kata Lee tidak mengerti.
“tapi aku tidak bisa Lee…” nada bicara Putri Kim berubah putus asa.
“bolehkah aku mengetahui alasannya?” tanya Lee.
“aku… aku…” Putri Kim nampak ragu untuk melanjutkan perkataannya.
“katakanlah! Tidak perlu takut” Lee menenangkan.
“sebenarnya… aku… mencintai orang lain” jawab Putri Kim sambil menatap Lee yang sedang menatap lekat matanya. “aku sangat mencintai dia Lee. Memikirkan bahwa aku tidak bisa hidup bersamanya, dadaku tiba-tiba merasa sesak… hatiku terasa sakit, jika memikirkan dia…” mereka berdua masih saling berpandangan. Deru nafas Putri Kim dapat terdengar dengan jelas di telinga Lee. “hatiku telah terisi oleh orang itu… aku tidak mungkin membiarkan orang lain masuk untuk menggantikan posisinya Lee” kata Putri Kim sambil menundukkan kepalanya, setetes airmata jatuh di pipi Putri Kim.
Lee hanya mampu menatap wajah Putri Kim. Ingin sekali ia menghapuskan airmata di pipi tirusnya itu. Jantungnya berdegup kencang mendengar pernyataan Putri Kim barusan. Kepalanya agak menunduk, dan tiba-tiba sebersit rona merah singgah di pipinya.
Lee sangat yakin bahwa apa yang Putri Kim katakan, adalah isi hatinya yang terdalam. Dan dia yakin dengan melihat raut wajah Putri Kim, bahwa kata-kata yang gadis itu ucapkan adalah, untuknya. Ya, untuk dirinya, Lee Sungmin. Seulas senyum, terlihat di wajah Lee. Namun, seketika itu juga senyum manis itu menghilang begitu saja, ketika Lee menyadari siapa dirinya. Diantara dia dan Putri Kim ada satu batasan tak kasat mata, yang menghalangi mereka untuk bisa bersama. Lee mencoba menahan perasaan hatinya. Tak mungkin bagi dirinya melawan takdir yang telah menjadi garis tangannya. Perlahan Lee mengangkat kepalanya, lalu menoleh ke samping kirinya, dimana Putri Kim masih menundukkan kepalanya.
“Putri Kim…” kata Lee pelan, gadis itu perlahan-lahan menolehkan kepalanya. “Bangsawan Cho… dia adalah pria yang baik…” terasa sangat sulit bagi Lee untuk mengatakannya pada Putri Kim.
“iya, dia memang pria yang baik, bahkan menurutku dia sangat baik. tapi…” sebelum Putri Kim selesai dengan perkataannya, Lee segera memotongnya.
“tolong terima saja perjodohan ini” putus Lee tegas.
“Mwo?” Putri Kim merasa dirinya sangat ringan, dia dapat menebak bagaimana kelanjutan perkataan Lee. “apa maksudmu Lee? Apakah kamu tidak mendengar bahwa aku…”
“tolong dengarkan penjelasanku dulu” pinta Lee, Putri Kim terdiam.
“ini adalah keputusan yang telah dibuat oleh Tuan Kim. Aku yakin, Tuan Kim melakukan ini bukanlah tanpa alasan, tapi beliau ingin agar putrinya hidup bahagia bersama dengan orang yang tepat. Tuan Kim telah mengenal keluarga Cho cukup lama, dan itu membuat keluarga kalian saling mengenal. Percayalah, Bangsawan Cho adalah orang yang bisa membuat anda bahagia” terang Lee.
“maksudmu, karena keluargaku dan keluarganya sederajat, maka dia bisa membahagiakan aku? Begitukah maksudmu Lee?” Lee hanya mengangguk pelan.
“jika berpikir seperti itu, maka kamu salah Lee. Kebahagiaan datang bukan karena harta, tapi karena hati. Rasa kasih sayang itu tidak bisa dibeli dengan uang. Kamu salah, jika aku bisa bahagia bersamanya karena dia adalah anak seorang walikota” sanggah Putri Kim.
“ada satu hal yang harus anda ingat. Kedudukan anda Putri. Sebagai putri dari seorang pejabat, sudah seharusnya anda menikah dengan pria yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari anda. Dan itu, ada pada diri Bangsawan Cho, selain itu anda harus bersikap bijak agar anda menjadi putri yang baik, yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat di luar istana” Lee mencoba menahan perasaannya.
“Lee, kamu sangat kejam. Bagaimana mungkin kamu berkata seperti ini” Putri Kim berusaha menahan tangisnya, pandangannya sudah buram terhalangi airmata yang menggenang.
“maafkan aku Putri. Tapi ini adalah keputusan yang harus anda ambil. Walaupun pahit, tapi ini adalah sesuatu yang harus anda hadapi. Mulai besok, cobalah untuk menerima kehadiran Bangsawan Cho, dan bukalah hati anda untuknya” kata Lee dengan suara bergetar.
Putri Kim menatap Lee dengan tatapan tidak percaya. Dia tidak menyangka bahwa Lee akan berkata seperti ini. Perasaan hatinya hancur, mendapati bahwa rasa cintanya tidak akan pernah berbalas hingga kapanpun. Putri Kim mengusap pipinya kasar.
“baiklah jika itu keinginanmu, aku akan menerima perjodohan ini. Tapi apa kamu yakin tidak akan menyesal pada keputusanku?” tanya Putri Kim menatap Lee tajam.
“apa maksud anda Putri?” Lee tidak mengerti.
“seandainya suatu hari aku tidak bahagia hidup bersamanya, maka kamu tidak akan pernah menyesal memintaku menerima perjodohan ini” jelas Putri Kim.
“Putri… aku tidak bermaksud…” perkataan Lee segera dipotong oleh Putri Kim.
“rasa sakit karena cintaku, biarlah aku tanggung sendiri. Mungkin, setelah hatiku merasa perih, aku bisa memberikan sedikit celah untuk bangsawan Cho” desis Putri Kim dengan airmata berlinang.
Putri Kim beranjak dari tempat itu. Kakinya melangkah kembali menuju kamarnya. Sementara Lee, dia mengikutinya dari belakang. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Putri Kim. Di pelataran depan kamarnya, Putri Kim menghentikan langkahnya yang membuat Lee melakukan hal yang sama. Perlahan Putri Kim mendongakkan kepala, menatap sendu bulan yang bersinar terang. Dapat ia lihat disamping kanannya bayangan dirinya dan Lee akibat pantulan sinar rembulan itu. Tiba-tiba tubuh Putri Kim menegang, ketika melihat tangan Lee yang terangkat. Dia seolah ingin menyentuh bahu Putri Kim, namun tak lama, tangan itu kembali diturunkan. Mungkin ia menyadari bahwa Putri Kim tengah menatap bayangannya. Putri Kim hanya mampu menggigit bibirnya, dan airmata kembali mengalir di pipi tirusnya. Tanpa menunggu lagi, dia berjalan menaiki tangga lalu memasuki kamarnya, kemudian ia menutup pintunya pelan.
“kau sangat kejam Lee. Bagaimana bisa kau membohongi perasaanmu… hiks… bagaimana bisa kau menyakiti dirimu sendiri dengan melihatku menikah dengan orang lain…” tangisan lirih terdengar dari bibir mungilnya.
Lee hanya menatapi jendela kamar Putri Kim yang tertutup. Hatinya menyesal mengapa harus menyakiti perasaan gadis itu. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Dia hanya berharap apa yang menjadi keputusannya adalah yang terbaik.
‘aku harap, kau akan menemukan kebahagiaanmu bersamanya. Maafkan aku Putri Kim’ bisik hati Lee.
Tiba-tiba jendela kamar itu terbuka perlahan. Putri Kim seolah mengetahui bahwa Lee masih berdiri disana. Dengan tatapan sendu, Putri Kim menatap Lee yang mendongak menatapnya.
Mereka tidak menyadari, seseorang mengikuti mereka sejak tadi. Dari kejauhan, sepasang mata itu memperhatikan apa yang Lee dan Putri Kim lakukan.
“ottoke? Apakah aku harus membatalkan perjodohan ini?” bisiknya pelan, tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya.
“tidak. Aku sudah mencintainya sejak awal kami bertemu. Maafkan aku Lee” sisi keegoisannya sebagai seorang pria membuatnya mempertahankan perasaannya untuk Putri Kim.

~o~
Siang itu matahari bersinar cerah. Udara terasa sangat panas apalagi saat ini memasuki tengah hari. Lee duduk didalam gazebo yang semalam ia tempati bersama Putri Kim. Disana adalah tempat favoritnya untuk berlatih pedang. Suasananya yang sunyi membuatnya dapat berkonsentrasi dengan baik. Dia mendengar langkah seseorang mendekati gazebo itu.
“aku melihat permainan pedangmu tadi malam” katanya sambil mengedarkan pandangannya. Mengagumi keindahan Istana Timur, bahkan hingga tempat yang berada di belakang istanapun tempatnya masih terlihat indah.
“Bangsawan Cho” Lee menunduk memberi hormat.
“ayo kita berlatih pedang!” ajak Bangsawan Cho sambil mengeluarkan pedang yang ia bawa.
“Ne?” Lee menatap Bangsawan Cho tidak mengerti.
“ada sesuatu yang harus aku katakan padamu. Jadi, ayolah tidak perlu mengulur waktu” Bangsawan Cho mengeluarkan pedang dari sarungnya. Pedang itu tampak berkilat terkena sinar matahari.
“anda… ingin berlatih dengan pedang sungguhan?” tanya Lee khawatir.
“kenapa? kau tidak sedang merasa takut kan, Lee?” tanya Bangsawan Cho menyebut nama Lee.
“hh… tentu saja tidak” kata Lee sambil tersenyum. Lalu diapun mengeluarkan pedangnya.
Kedua pria itu pun bersiap dengan memasang kuda-kuda. Pedang yang berkilatan di tangan kanan mereka menandakan bahwa pedang mereka itu sangat tajam.
“majulah!” perintah Lee.
Bangsawan Cho segera menerjang Lee sambil menghunuskan pedang. Secepat kilat Lee menghindari pedang itu agar tidak mengenai kulitnya.

Trang … trang… trang …

Terdengar suara pedang yang beradu. Bangsawan Cho yang menyerang Lee, sedangkan pemuda itu hanya menahan setiap serangan Bangsawan Cho.
“kerahkan kekuatanmu Lee. Aku tidak ingin kamu mengalah padaku!” perintah Bangsawan Cho merasakan bahwa Lee hanya menghindari serangannya.
Bangsawan Cho semakin cepat mengayunkan pedangnya. Namun tetap saja Lee hanya menghindarinya. Bangsawan Cho menarik sudut bibirnya membentuk sebuah seringaian.
Sambil mengayunkan pedang kearah Lee hingga kaki pemuda itu mundur beberapa langkah. Pedangnya menangkis pedang yang Bangsawan Cho arahkan padanya. Bangsawan Cho semakin mendorong pedangnya lebih kuat, namun Lee tetap saja bertahan, ia tidak menyerangnya sedikitpun.
“menurutmu bagaimana perjodohanku dengan Putri Kim?” tanya Bangsawan Cho sinis.
Lee menegang mendengar perkataan Bangsawan Cho.
“itu… bukan ide yang buruk kan?” kembali Bangsawan Cho bertanya.
Dengan geram Lee mendorong pedang Bangsawan Cho hingga hampir terlepas dari pegangannya. Dengan cepat Lee menyerang bangsawan Cho. Namun bangsawan itu bukanlah orang yang ceroboh. Dengan cermat dia dapat menghindar dan menangkis serangan Lee. Saat ini, giliran Lee yang mendorong tubuh Bangsawan Cho dengan pedang yang hampir menyentuh leher Bangsawan Cho namun tertahan karena pedang bangsawan Cho yang menghalangi. Lee tampak menggertakan giginya menahan kemarahannya. Wajah Bangsawan Cho pun tidak jauh berbeda. dia menahan kekuatan amarah Lee. Sebisa mungkin dia mengimbangi tenaga yang Lee salurkan melalui pedangnya. Hampir beberapa senti pedang itu menyentuh kulit leher Bangsawan Cho, hingga akhirnya pria itu mengeluarkan suaranya.
“aku mencintai Putri Kim, Lee” kata Bangsawan Cho, dengan suara yang agak terengah. Sontak membuat Lee menatap wajah lawan bicaranya.
“aku mencintainya sejak pertama kali bertemu di sungai itu” ujar Bangsawan Cho.
Lee menarik pedangnya dari leher Bangsawan Cho, membuat pria itu menghembuskan nafasnya lega.
“lalu apa hubungannya denganku?” tanya Lee pelan “mengapa anda mengatakan ini padaku?” tanya Lee sambil membelakangi Bangsawan Cho.
“kalian berdua saling mencintai. Tapi aku tahu kalian tidak bisa bersama. Maukah kamu memberiku ijin untuk mencintai Putri Kim?” tanya Bangsawan Cho yang hanya menatap punggung Lee.
“itu memang tugas anda. Anda adalah calon suami Putri Kim sudah seharunya anda mencintai dia dengan sepenuh hati” kata Lee perih.
Bangsawan Cho tersenyum mendengar perkataan Lee. Segera dia mengambil pedangnya. Dengan pelan Bangsawan Cho menepuk bahu Lee.
“terima kasih banyak Lee. Terima kasih” kata Bangsawan Cho kemudian meninggalkan tempat itu.
Lee mengantarkan kepergian Bangsawan Cho dengan tatapan matanya yang sendu. Dia meremas gagang pedang dengan penuh emosi.
“aaarrgghhh….” teriak Lee sambil menebas pohon sakura dihadapannya hingga batangnya patah.
Dengan nafas terengah-engah dia berlutut sambil berpegangan pada pedang itu.

~o~ 

Selesai berlatih pedang, Bangsawan Cho membersihkan dirinya. Setelah rapi, dia berjalan-jalan di halaman Istana Timur. Ayahnya sedang merundingkan urusan bisnis bersama Tuan Kim, dirinya tidak ada maksud untuk mengganggu pembicaraan ayahnya, sehingga ia hanya mengitari Istana Timur sendirian. Ketika tengah berjalan, dia melihat seorang gadis diiringi seorang pelayan di belakangnya. Wajahnya memanas melihat siapa gadis itu. Segera dia menghalangi langkah gadis itu.
“selamat sore Putri Kim” sapa Bangsawan Cho di hadapan Putri Kim. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan hanbok ungu muda bermotif bunga kecil di bajunya, sementara roknya berwarna ungu tua, dengan motif anggrek yang besar, membuat siapapun tidak akan mengalihkan pandangan dari kecantikannya.
“aah, Bangsawan Cho. Selamat sore” Putri Kim agak kaget melihat Bangsawan Cho di hadapannya, kemudian ia membungkuk hormat pada Bangsawan Cho.
“kau mau pergi kemana?” tanya Bangsawan Cho.
“mmm… aku ingin menemui Lee. Ada sesuatu yang harus aku katakan padanya” jawab Putri Kim.
“oh… dia ada di halaman belakang” kata Bangsawan Cho sambil menunjuk pelataran di belakang istana.
Sekelebat Putri Kim dapat melihat telapak tangan Bangsawan Cho yang berwarna kemerahan dan ada parut-parut luka.
“apakah tangan anda baik-baik saja?” tanya Putri Kim cemas.
“Ne?” Bangsawan Cho merasa aneh mendengar pertanyaan Putri Kim, lalu melihat telapak tangan kanannya dan tersenyum.
“aah ini? Aku tidak apa-apa. tadi aku sedikit berlatih pedang bersama Lee. Dia… dia seorang ahli pedang yang sangat hebat” puji Bangsawan Cho.
“aish… pasti dia menyerangmu habis-habisan. Dia memang seperti ini kalau sudah berhubungan dengan pedang” Putri Kim tampak merengut.
“Hyosun-ah, tolong ambil obat yang biasa aku berikan pada Lee. Cepatlah!” perintah Putri Kim pada pelayan yang mengikutinya.
“baik Putri. Permisi” Hyosun segera pergi dengan tergesa menuju kamar Putri Kim dan mengambil obat yang ada dalam sebuah kotak keramik.
Putri Kim meringis ketika melihat tangan Bangsawan Cho yang agak memar, akibat memegang pedang dengan sangat erat. Tak lama, Hyosun datang sambil menyerahkan obat ketangan Putri Kim.
“biasanya setelah berlatih pedang aku memberikan obat ini untuk Lee” kata Putri Kim sambil mengoleskan obat yang berwarna bening itu di telapak tangan Bangsawan Cho. Pria itu hanya menyunggingkan senyumnya melihat bagaimana pedulinya Putri Kim pada Lee. “Bagaimana? apakah sudah terasa ada perubahan?” tanya Putri Kim sambil memegang punggung tangan Bangsawan Cho.
“rasanya nyaman dan sangat dingin” jawab Bangsawan Cho sambil menganggukan kepala.
“cukup digunakan sekali saja, maka tanganmu akan membaik” kata Putri Kim sambil meratakan obat di telapak tangan yang ada di pangkuannya.
Bangsawan Cho mengagumi bagaimana kebaikan Putri Kim padanya. Mata Bangsawan Cho tidak henti memandangi kecantikan Putri Kim yang wajahnya agak tertunduk di sampingnya.
“kau sangat baik Putri Kim…” desisnya pelan.
“ne?” Putri Kim menengokan kepala kearah Bangsawan Cho yang tengah menatapnya.
Menyadari bagaimana dekatnya jarak wajah mereka, membuat pipi Putri Kim merona merah. Segera dia mengalihkan pandangannya.
“aku harus pergi. Semoga tangan anda segera pulih” kata Putri Kim sambil beranjak dari tempat mereka saat ini.
“tunggu” Bangsawan Cho menahan tangan Putri Kim dengan tangan kirinya.
“ada… apa lagi?” tanya Putri Kim sambil menundukkan kepala.
“besok adalah hari terakhir aku berada disini. Maukah kau pergi ke taman di luar istana?” tanya Bangsawan Cho penuh harap.
Putri Kim tampak menimbang keputusannya.
“umm… aku…”

To Be Continue

*hahaha… eugh, aku kasian sumpah sama Lee. Huhu, mianhe yeobo, kamu harus tersiksa, tapi tenang ada aku disampingmu. *dicekik*
Banyak yang nanya, Lee itu siapa? Lee adalah Lee Sungmin. Huweee.. Gimana chap ini? Suer deh Cuma dikit aja yang baca ff ini? Hahaha. Oke deh, ini spesial untuk kalian ya para komentator tercinta. 🙂
*mianhe jika kata-kata di cerita ini beda dari ffku yang lainnya. Gkgk. Terkesan lebay, tapi semoga dapat diterima ya :)*
Ditunggu reviewnya. See you 🙂

 
39 Komentar

Ditulis oleh pada Oktober 15, 2013 inci (FF) Moonlight Melody, Fanfiction

 

Tag: , , , ,

Moonlight Melody Chap 2

moonlight melody yuhuu1

 Moonlight Melody

Cast    : Ryeowook, Sungmin, Kyuhyun

Rated : T

Genre : Romance, Angst, (GS)

Disclaimer : ff ini hasil dari imajinasi saya, semuanya hanya fiktif dan tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

*selamat membaca*

~o~

Bangsawan Cho berdiri di beranda depan perpustakaan keluarga. Semilir angin terasa menyejukkan wajahnya yang terasa panas. Bibirnya terkadang menyunggingkan sebuah senyum.

‘Putri Kim…’ bisiknya pelan.

Terbayang lagi pertemuannya kemarin dengan sang putri.

‘bagaimana bisa dia masih terlihat cantik walaupun dalam keadaan cemas. Dia adalah bidadari yang diturunkan langit untukku. Aku harus mendapatkannya. Harus!’ tekadnya dalam hati.

Dua buah tandu sudah disiapkan di halaman utama. Walikota Cho segera meminta pelayan untuk mencari puteranya.

“carilah dia di perpustakaan. Aku yakin anak itu berada disana” perintahnya pada pelayan.

Pelayan itupun pamit untuk mencari Bangsawan Cho. Tak lama kemudian Bangsawan Cho sudah berada di depan ayahnya.

“temani ayah ke wilayah utara. Ada satu urusan yang harus kita selesaikan disana” ajak Tuan Cho pada anaknya.

“baik ayah” patuh Bangsawan Cho sambil naik kedalam tandu.

~o~

Putri Kim duduk dikamarnya. Menyelesaikan pekerjaannya untuk menyulam angsa emas pada sebuah sapu tangan miliknya. Walaupun dirinya terlihat tengah menyulam, namun pikirannya tidaklah berada disana. Bibirnya tidak henti-hentinya tersenyum manis. Yang dia ingat adalah kejadian kemarin, ketika ia dan Lee diselamatkan oleh seorang bangsawan tampan.

“bangsawan Cho…” bisiknya pelan, tanpa ia sadari pipinya telah merona merah.

~o~

“kalian siapa? dan apa yang sedang kalian lakukan disini?” tanya bangsawan Cho sambil menatap Putri Kim lekat. “apakah kalian tidak tahu, tempat ini sangat berbahaya” kata bangsawan Cho sambil mengalihkan pandangannya dari Putri Kim lalu menatap Lee.

“kami sedang berjalan-jalan di sungai, dan tanpa terasa tiba ditempat ini. Terima kasih telah menyelamatka kami Tuan” Putri Kim membungkuk sambil berterima kasih.

“tidak perlu sungkan. Bukankah sudah seharusnya kita saling tolong menolong?” tanya Bangsawan Cho sambil tersenyum.

Melihat senyum pria yang menjadi penyelamatnya, Putri Kim segera mengalihkan pandangannya pada Lee.

“bagaimana lenganmu? Apakah lukanya sangat parah?” tanya Putri Kim sambil menyentuh pundak Lee.

“aku baik-baik saja Putri. Tidak usah mencemaskanku” jawab Lee merasa tidak enak hati.

“lalu, bagaimana kalian akan kembali pulang?” tanya bangsawan Cho.

Mendengar pertanyaan bangsawan Cho, Putri Kim memandang Lee meminta jawaban.

“maafkan saya atas kelancangan ini, tapi, apakah anda bersedia jika meminjamkan kami seekor kuda?” tanya Lee sopan.

“aah tentu saja. Ikutlah denganku!” kata bangsawan Cho berjalan mendahului Putri Kim dan Lee. Mereka berdua mengikutinya dari belakang.

Mereka tiba disebuah perempatan jalan. Bangsawan Cho meminta Putri Kim dan Lee untuk menunggu disana, sementara dirinya akan pergi ke istal kuda yang tidak jauh dari sana. Hanya menunggu beberapa saat, bangsawan Cho sudah kembali membawa dua ekor kuda.

“maaf membuat kalian menunggu” kata bangsawan Cho sambil tersenyum. “silahkan gunakan kedua kuda ini untuk kalian pulang” lanjut bangsawan Cho sambil menyerahkan tali kekang ke tangan Lee.

“tidak perlu, satu ekor kuda sudah cukup” kata Lee sambil menerima satu tali kekang dari tangan bangsawan Cho.

“Lee, tapi kamu terluka…” kata Putri Kim sambil menatap Lee.

“keselamatan anda, itu yang lebih penting, Putri” Lee menjawab sambil tersenyum lembut. “silahkan anda naik keatas kuda!” perintah Lee.

“biar aku bantu” bangsawan Cho memegangi tangan Putri Kim untuk menaiki kuda tersebut, sementara Lee memegangi tali kekang kuda itu agar tidak banyak bergerak. Putri Kim tersenyum simpul ke arah bangsawan Cho.

“terima kasih atas kebaikan Tuan. Kami permisi” kata Putri Kim sambil menganggukan kepalanya.

“Ne…” bangsawan Cho balas mengangguk. “berhati-hatilah dijalan” pesannya pada Lee.

“permisi Tuan…” Lee membungkuk hormat, lalu mulai melangkah meninggalkan bangsawan Cho disana.

Setelah Putri Kim agak jauh dari tempatnya berdiri, bangsawan Cho segera meraba dadanya yang berdegup kencang. Senyuman manis tercipta di wajahnya yang tampan. ‘senyum gadis itu sangat mempesona. Apakah ia bidadari yang turun dari langit?’ tanya hati bangsawan Cho.

Lee memegang tali kekang dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang pedang yang akan melindunginya jika ada bahaya yang mengancam. Putri Kim menatap bahu kanan Lee yang masih terlihat basah oleh banyaknya darah yang keluar.

“Lee, sebaiknya gunakan kuda ini bersama-sama saja, agar kita bisa lebih cepat tiba di rumah” kata Putri Kim lembut.

Tanpa berniat memberhentikan kuda itu, Lee tetap melangkahkan kakinya sambil sesekali menengok kearah putri Kim.

“maafkan saya Putri, tapi kaki saya masih kuat untuk berjalan. Anda jangan terlalu khawatir” jawab Lee tenang.

“tapi, bagaimana jika lukamu jadi bertambah parah?” Putri Kim terlihat benar-benar mengkhawatirkan pengawalnya ini.

“sebaiknya anda tenang saja Putri. Bagaimana jika anda menikmati pemandangan di sekitar sini saja. mungkin akan membuat anda merasa lebih tenang” saran Lee.

Putri Kim hanya menatap kesal pada Lee. Jika sudah menyangkut keselamatannya, maka Lee akan berubah menjadi Lee yang keras kepala.

“baiklah. Terserah padamu saja Lee” kata Putri Kim akhirnya.

~o~

Lee tengah berlutut menghadap Tuan Kim di ruangan pribadinya. Lee hanya menundukkan kepalanya merasa menyesal karena tindakannya kemarin. Luka di bahunya sedikit pulih berkat ramuan dari Tabib Gon.

“kenapa bisa terjadi hal seperti ini? Sudah aku bilang jaga putriku dengan baik!” Tuan Kim menatap Lee lekat.

“maafkan saya Tuan, saya pantas mati” Lee bersujud di depan Tuan Kim, sungguh dia tidak bermaksud membahayakan Putri Kim.

“bangunlah! Tidak perlu seperti itu” Tuan Kim segera meminta Lee untuk duduk.

“tidak. Saya bersalah Tuan. Hukumlah saya! jika kemarin saya tidak membawanya keluar dari Istana Timur maka kejadian seperti ini tidak perlu terjadi” Lee masih kukuh berlutut dan menundukkan kepalanya di depan Tuan Kim.

“aku bilang bangun!” perintah Tuan Kim mutlak.

Lee tidak berani membantah lagi. Segera dia mengubah posisi duduknya seperti biasa.

“dengar Lee, sesuatu yang buruk akan terjadi pada keluarga kita. Aku mohon padamu, tolong jagalah Putriku dengan baik. tolong lindungi dia dari segala macam bahaya yang bisa mengancam nyawanya” Tuan Kim berpesan.

Lee menatap Tuan Kim tidak mengerti.

“bersiaplah jika hari itu tiba. Aku tidak bisa menjelaskan secara rincinya padamu. Apakah aku bisa mempercayakan putriku padamu?” tanya Tuan Kim.

“saya berjanji akan melindunginya dengan sepenuh hati saya. tidak akan pernah membiarkan Putri Kim terluka, saya akan mempertaruhkan setiap helaan nafas saya untuk keselamatannya. Saya berjanji Tuan” ujar Lee mantap.

Tuan Kim menatap terharu pada Lee, dia menganggukkan kepalanya. Seandainya Lee berasal dari golongan yang sederajat dengan dirinya, maka dia rela menikahkan Putri Kim pada Lee. Namun sayang, semua itu tidaklah mungkin terjadi. Kasta yang membedakan mereka.

~o~

Setelah Lee keluar dari kamar Tuan Kim, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Putri Kim yang hendak menemui ayahnya.

“Lee, kamu sedang apa disini?” tanya Puti Kim lembut.

“aah… Putri…” Lee membungkuk hormat.

“ada apa? Apakah ayah memarahimu?” tanya Putri Kim khawatir.

“tidak, hanya saja kita tidak diperbolehkan keluar istana lagi. Maaf, karena kesalahanku anda tidak bisa berjalan-jalan keluar istana lagi” kata Lee menyesal.

Mendengar itu, Putri Kim tampak memikirkan sesuatu.

“sudahlah tidak perlu meminta maaf. Justru karena aku, kamu terkena marah dari ayah. Maaf ya Lee” ujar Putri Kim lembut sambil menepuk bahu Lee.

Melihat tangan Putri Kim yang menyentuh pundaknya, tak ayal membuat Lee salah tingkah. Tangannya semakin erat menggenggam sarung pedang, menahan hatinya yang bergetar. Putri Kim hanya tersenyum melihat gelagat Lee yang demikian.

“kalau begitu, aku masuk dulu” pamit Putri Kim.

“ne, silahkan Putri…” kata Lee sambil menggeser badannya memberikan jalan untuk putri Kim.

~o~

Sore hari, tampak dua buah tandu dengan diiringi beberapa pengawal tiba di halaman rumah Tuan Kim. Seorang pelayan memberitahukan kedatangan tamu tersebut pada Tuan Kim. Dengan wajah berbinar, Tuan Kim menyambut tamu yang sudah ia tunggu sejak tadi dengan senang hati.

“selamat datang di Istana Timur, Walikota Cho…” sambut Tuan Kim ramah.

“haha… tidak perlu menyambutku seperti ini” Walikota Cho tampak tidak enak hati.

“tidak apa-apa, aah apakah ini putramu?” tanya Tuan Kim sambil menunjuk pada bangsawan Cho.

“benar sekali. Bagaimana dia tampan kan seperti ayahnya? Hahaha” canda Walikota Cho.

“tentu saja tidak, putramu terlihat lebih tampan” jawab Tuan Kim, “siapa namamu?” lanjut Tuan Kim bertanya pada bangsawan Cho.

“Cho Kyuhun imnida, senang bertemu dengan anda Tuan” jawabnya hormat.

“ayolah, kita masuk kedalam” ajak Tuan Kim sambil mempersilahkan para tamunya duduk.

Beberapa pelayan datang memasuki ruangan Tuan Kim sambil membawa teh dan makanan ringan. Mereka berbincang mengenai berbagai hal. Dan karena hari hampir malam, dapat dipastikan kedua tamu Tuan Kim akan menginap di rumahnya.

~o~

Pagi hari di kediaman Putri Kim. Seperti biasa gadis itu sudah berjalan-jalan di halaman istana. Melihat segarnya bunga dengan sisa embun tadi malam. Putri Kim sangat menyukai udara pagi. Sehingga dia dengan semangat berjalan-jalan disana. Dua orang pelayan tampak mengikuti Putri Kim dengan setia.

Putri Kim menghentikan langkahnya di sebuah lapangan di belakang istana. Ia melihat seseorang tengah berlatih panah disana. Putri Kim menajamkan penglihatannya. Dia yakin bahwa pria yang tengah memegang busur panah itu bukanlah Lee. Terlihat seperti orang asing, yang belum lama ini ditemuinya. Setelah menyadari siapa pria itu, Putri Kim tampak membulatkan matanya.

‘bangsawan Cho? Apa yang sedang ia lakukan disini?’ tanya Putri Kim dalam hati.

“Hyosun-ah, apa kamu tahu siapa dia?” tanya Putri Kim pada Hyosun, pelayannya.

“beliau adalah tamu Tuan Kim, putri. Dia adalah bangsawan Cho, putra dari Walikota wilayah Han Yang” jawab Hyosun sambil menunduk.

‘ternyata benar’ kata Putri Kim dalam hati.

“tunggu, kamu bilang, dia adalah tamu ayahku? Kenapa aku tidak tahu?” tanya Putri Kim sambil mengerutkan alisnya.

“maaf Putri, mereka tiba disini, kemarin sore. Mungkin Tuan Kim akan memberitahu anda pagi ini” jawab Hyosun.

“aah, begitu…” Putri Kim mengangguk sambil menatap punggung Bangsawan Cho dari kejauhan.

Perlahan kakinya kembali melangkah. Berjalan pelan mendekati Bangsawan Cho. Kehadiran Putri Kim masih belum diketahui oleh pria itu. Dia mengangkat busur panahnya, lalu matanya mulai mengintip objek yang menjadi sasaran anak panahnya. Pria itu terlihat sangat berkonsentrasi dengan kegiatannya.

“ekhm… sepertinya berlatih panah tidaklah terlalu sulit” kata Putri Kim mengagetkan Bangsawan Cho. Reflek pria itu menatap siapa gadis yang berbicara barusan.

Bangsawan Cho tampak tidak mengedipkan matanya menatap siapa yang ada di hadapannya. Rasanya baru semalam ia memikirkan gadis ini, dan sekarang dia sudah berada di hadapannya sendiri.

“Putri Kim” bisik Bangsawan Cho pelan.

“annyeong haseyo…” sapa Putri Kim ramah sambil menundukkan tubuhnya, dan bangsawan Cho balas menunduk pada Putri Kim.

“bagaimana tidur anda semalam? Apakah nyenyak?” tanya Putri Kim menghampiri Bangsawan Cho.

“sejak dua hari ini aku tidak bisa tidur nyenyak” kata Bangsawan Cho, kembali mengangkat busur panah, lalu menarik anak panah itu, menahannya sejenak sambil menatap sasaran dari bidikannya.

“kenapa?” tanya Putri Kim sambil menatap Bangsawan Cho, lalu pandangannya beralih pada sasaran panah di depannya.

Sebelum menjawab, bangsawan Cho menarik sudut bibirnya.

“aku teringat seseorang…” jawab Bangsawan Cho pendek, lalu melepaskan anak panahnya.

Wuussshh…

Jleb.

Tepat mengenai sasaran.

Putri Kim menatap Bangsawan Cho.

“siapa?” tanyanya tiba-tiba.

“anda tidak perlu mengetahuinya” bangsawan Cho tersenyum lembut.

Melihat senyum manis Bangsawan Cho, entah mengapa membuat pipi Putri Kim bersemu merah.

“anda tidak apa-apa?” tanya Bangsawan Cho sambil menatap Putri Kim.

“aah tidak… aku… baik-baik saja…” jawab Putri Kim agak gemetar.

“oh ya, apakah memanah itu… susah?” tanya Putri Kim mengalihkan pembicaraan sambil menatap busur panah di tangan kanan Bangsawan Cho.

“bagi yang sering berlatih, akan terasa mudah, tapi bagi pemula seperti anda, emmh, mungkin akan terasa susah” jawab Bangsawan Cho.

“pemula sepertiku???” terdengar nada tidak suka dari pertanyaan Putri Kim.

“aah bukan begitu.. Hanya saja…”

“kalau begitu tolong ajari aku memanah. Aku sangat tertarik melihat anda memanah tadi” tukas Putri Kim cepat.

“Ne???” Bangsawan Cho memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

“iya, tolong ajari aku memanah… sekali ini… saja” mohon Putri Kim.

“emh… baiklah. Ini” kata Bangsawan Cho sambil menyerahkan busur panah, tapi sebelum tangan Putri Kim menyentuh busur panah, Bangsawan Cho segera menarik kembali busur panahnya “anda yakin tidak akan apa-apa?” tanya Bangsawan Cho meyakinkan. Karena menurutnya seorang putri seperti Putri Kim tidak pernah menyentuh benda-benda berbahaya seperti ini.

Sebelum menjawab, Putri Kim menoleh ke arah kiri dan kanannya memastikan tidak ada orang yang selalu mengikutinya disana.

“tidak apa-apa. Sebelum Lee datang, aku ingin belajar sebentar” jawab Putri Kim kembali tersenyum, lalu tangannya meraih busur panah yang masih dipegang oleh bangsawan Cho.

“auh… kenapa busur ini sangat berat” keluh Putri Kim setelah ia memegang busur panah. Ia nampak kesulitan untuk mengangkat busur panah itu agar sejajar dengan bahunya.

“ayolah, angkat yang tinggi, sejajar dengan bahu anda” saran Bangsawan Cho.

“i-iya… tapi kenapa sangat susah” kata Putri Kim sambil berusaha mengangkat busur panah sesuai dengan perintah dari Bangsawan Cho.

“sini, biar aku bantu” reflek, Bangsawan Cho memegangi tangan kiri Putri Kim yang memegang busur panah. Pria itu berada tepat di belakang Putri Kim, sambil memegangi tangan kirinya agar berada pada posisi yang benar. Tangan kanan Bangsawan Cho memberikan sebuah anak panah dan memasangkan di busur panah tersebut.

“sekarang, perhatikan sasaran di depanmu” bisik Bangsawan Cho.

Dengan perasaan campur aduk, Putri Kim mencoba memusatkan perhatiannya pada sasaran di depannya. Tangan kanannya memegang anak panah dengan agak gemetar. Bangsawan Cho yang menyadari keadaan Putri Kim, segera memegangi anak panah itu sambil berbisik.

“tenanglah. Rileks-kan perasaanmu dan fokuslah pada sasaranmu” kata Bangsawan Cho dengan suara yang rendah.

Putri Kim menoleh ke arah kirinya, dimana wajah Bangsawan Cho tepat berada di sana. Jangankan kembali tenang, jantungnya malah kembali berdetak lebih cepat.

‘aissshh memintanya mengajariku memanah adalah ide yang sangat buruk’ sesalnya dalam hati.

“baiklah, sekarang tarik anak panah ini, lalu lepaskan!” Bangsawan Cho membantu menarik anak panah yang dipegang Putri Kim.

“sekarang!” perintah Bangsawan Cho.

Dengan cepat anak panah itu melesat. Dan entah keajaiban dari mana, anak panah itu menancap tepat di sasarannya.

“aish… jinjaa???” pekiknya tidak percaya.

“anda melakukannya dengan sangat baik Putri Kim” Bangsawan Cho tersenyum senang.

“aku ingin mencobanya sekali lagi. boleh ya…” melihat wajah Putri Kim yang berbinar senang, membuat Bangsawan Cho merasa tidak tega untuk melarang Putri Kim.

“baiklah… kali ini, anda sendiri yang memanah”

“tentu saja” angguk Putri Kim senang.

Tanpa mereka sadari, seseorang di atas pohon tengah memperhatikan mereka. Pria itu tersenyum lembut melihat keceriaan Putri Kim. Lihat saja, seorang putri bangsawan dengan hanbok yang lembut dan rambut yang di ikat rapi, namun memegang sebuah busur panah, merupakan satu pemandangan yang akan sangat jarang terlihat. Hanya saja hatinya merasa sesak melihat siapa yang berada di samping Putri Kim saat ini. Melihat senyum pujaan hatinya, membuatnya seperti melayang ke atas langit ke tujuh. Namun, ketika ia sadar siapa dirinya, tubuhnya seolah terhempas keatas batu yang membuatnya hancur berkeping-keping.

‘aku tidak ditakdirkan untuk bersamanya. Takdirku hanyalah melindunginya’ bisik pria itu mengeraskan hatinya.

 

~o~

Siang itu, Putri Kim tampak menemani ayahnya menjamu kedua tamunya. Berbagai makanan sudah terhidang di atas meja kecil di hadapan masing-masing. Sesekali Bangsawan Cho tampak mencuri pandang pada Putri Kim. Begitupun sebaliknya. Senyuman lembut tersungging di bibir mungilnya. Di samping pintu, tampak Lee tengah duduk setia menunggui Tuannya. Ia duduk disana bersama dengan beberapa pelayan yang lain. Matanya hanya menatapi lantai. Telinganya dengan jelas dapat menangkap apa yang sedang dibicarakan oleh Tuan Kim dan tamunya itu. Walaupun masih menyantap makanannya tapi, suasana tidak terasa kaku. Sesekali canda tawa terdengar dari Tuan Kim dan Walikota Cho.

“Putriku… sebenarnya kedatangan Walikota Cho kemari, ada hubungannya denganmu…” kata Tuan Kim sambil meminum teh nya.

“Ne?” Putri Kim tampak menatap ayahnya.

“seperti perbicaraan kita kemarin, saya mohon untuk tidak memisahkan Lee dari putriku. Ijinkan dia yang menjadi pengawal pribadi putriku” Tuan Kim mengalihkan pandangannya pada Walikota Cho.

“untuk masalah itu, tentu saja kami tidak keberatan” angguk Walikota Cho sambil menatap Lee.

Lee dan Putri Kim saling menatap. Mereka tidak tahu apa yang sedang di bicarakan kedua orang tua itu.

“ekhm… maaf ayah, apa maksud ayah?” tanya Putri Kim memberanikan diri bertanya.

“kau sudah ayah jodohkan dengan bangsawan Cho. Dan kemungkinan pernikahan kalian akan dilaksanakan dua minggu dari sekarang” jawab Tuan Kim lembut.

Mendadak jantung Putri Kim seolah berhenti. Tubuhnya tiba-tiba terasa ringan. Perlahan dia menolehkan kepala kearah Lee yang tidak berubah sedikitpun dari posisinya semula. Ditatapnya wajah lembut Lee yang masih menatap lantai.

Tuan Kim dan Walikota Cho kembali melanjutkan makan dan pembicaraannya. Begitupun dengan Putri Kim. Dia melanjutkan menyuapkan sayuran kedalam mulutnya dan mengunyahnya dengan pelan. Tanpa ia sadari Bangsawan Cho memperhatikannya sejak tadi. Dengan jelas Bangsawan Cho dapat melihat bagaimana perubahan raut wajah Putri Kim.

To Be Continue

Mohon maaf banget, super telat apdetnya. Yaaa anggap saja, ini FF bulanan ya reader. *plaak

Bagaimana chap ini? Jujur akhir-akhir ini susah banget dapat feel Kyuwooknya, makanya ff ini jadi terlantar.

Ok deh, mind to review

Gamsahamnida

*bow

🙂

 
35 Komentar

Ditulis oleh pada September 21, 2013 inci (FF) Moonlight Melody, Fanfiction

 

Tag: , , , , , , ,

Moonlight Melody Chap 1

moonlight melody yuhuu1

Moonlight Melody

Cast: Ryeowook, Sungmin, Kyuhyun

Rated: T

Genre : Romance, Angst, (GS)

Disclaimer : ff ini hasil dari imajinasi saya, semuanya hanya fiktif dan tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

*selamat membaca*

 

Ketika bulan memantulkan cahaya peraknya, ijinkanlah aku disana untuk melihatmu.

Ketika angin berhembus di malam hari, ijinkanlah aku menyentuhmu.

Ketika hujan turun, maka ijinkanlah aku pergi dengan semua kerinduan itu.

 

~o~

Seorang gadis tampak tengah berjalan di taman bunga Istana Timur. Hanbok yang berwarna ungu muda dengan hiasan bunga dan kupu-kupu menjadi pembungkus tubuhnya yang ramping. Rambut panjangnya dikepang dengan rapi. Hairpin bunga sakura menempel indah di rambutnya. Dia berjalan dengan anggun menyusuri jalan setapak di taman itu.

Tidak jauh di belakangnya terlihat seorang laki-laki dengan pakaian seperti pakaian pendekar kebanyakan. Tubuhnya tegap ketika berjalan. Rambutnya yang panjang diikat ekor kuda di belakang kepalanya. Sebuah lambang bunga terdapat pada ikat kepalanya, yang menjadi identitas keluarga. Tangan kanannya memegang sebilah pedang dengan hiasan naga pada sarung dan pegangannya. Pedang itu adalah hadiah dari ayah gadis itu untuknya.

“Lee, kapan bunga itu akan mekar?” tanya gadis itu pada pria di belakangnya sambil menunjuk kuncup bunga yang berwarna merah muda.

“biasanya setiap bulan ketujuh, maka bunga itu akan mekar” jawab pria di belakangnya sopan.

“hmh, rupanya masih lama. aku penasaran, setiap kali berkunjung kemari, bunga itu hanya berbentuk kuncup saja. kamu tahu nama bunga ini?” tanya gadis itu.

“nama bunga itu adalah flower of tears. Konon menurut mitos yang beredar, beribu-ribu tahun yang lalu pada bulan ke tujuh, seorang bidadari diusir dari langit, dan dia menangis disini. Sehingga airmatanya membentuk sebuah bunga yang akan mekar tujuh bulan sekali” ujar pria itu.

“menarik sekali. Aku jadi membayangkan bagaimana wajah bidadari itu? Bagaimana airmatanya? Mengapa tetesannya bisa membentuk sebuah bunga?” gadis itu terlihat berpikir.

“itu adalah mitos, Puteri. Tidak perlu anda hiraukan” pria itu tersenyum lembut.

Dari jauh terlihat seorang dayang istana menghampiri mereka.

“maafkan saya Puteri, Tuan Besar meminta anda pulang” katanya seraya membungkuk hormat.

“aku masih ingin disini” perlahan dia menolehkan kepalanya ke belakang menatap pria yang selalu mengikutinya itu “tapi, baiklah, ayo kita pulang sekarang” kata gadis itu sambil melangkahkan kakinya meninggalkan taman Istana Timur.

~o~

Tuan Kim Myung Oh, dia adalah seorang Mentri Tata Negara yang menguasai pemerintahan wilayah utara. Dia memiliki seorang putri bernama Kim Ryeowook, dan orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan Putri Kim. Ayahnya sangat mengkhawatirkan keselamatan putrinya. Beruntung, ketika dua puluh tahun yang lalu, ia menemukan seorang anak laki-laki yang terlantar dibuang orang tuanya. Kemudian Tuan Kim merawat anak itu hingga tumbuh besar. Tuan Kim mengajarinya segala hal, berhubung dirinya tidak memiliki seorang putra, maka dia sangat menyayangi anak itu. Anak itu tidak ingin menghilangkan nama marganya, sehingga dia meminta Tuan Kim untuk memanggilnya Lee. Dia sangat ahli dalam bela diri. Sehingga Tuan Kim mempercayakan keselamatan putri Kim pada Lee. Kemanapun Putri Kim pergi, maka Lee harus ikut serta bersamanya.

~o~

“ayahanda…” Putri Kim membungkuk menemui ayahnya yang tengah meminum teh.

“kemarilah putriku, temani ayah meminum teh ini. Pejabat cina memberikan teh ini untuk ayah, katanya teh ini sangat berkhasiat” kata ayahnya.

“baiklah ayah, aku akan menemani ayah” Putri Kim menghampiri ayahnya lalu duduk didepan sebuah meja. Dengan gayanya yang anggun ia menuangkan teh itu kedalam cangkir kecil.

Tuan Kim menatap wajah Putri Kim lekat, tidak seperti biasanya. Dari kilatan matanya, dapat terlihat rasa khawatir yang sangat besar tengah dirasakan oleh Tuan Kim.

“Ayah, apakah ayah baik-baik saja?” tanya Putri Kim cemas.

Tuan Kim mengangguk, lalu meminum teh nya hingga habis.

“mulai sekarang, jangan pergi jauh dari Istana Timur. Percayalah berada dalam istana adalah pilihan yang baik untuk keselamatanmu, putriku” saran sang Ayah.

“ayah terlalu mengkhawatirkanku” Putri Kim tersenyum. Lalu kembali menuangkan teh kedalam cangkir ayahnya yang sudah kosong.

“kau jangan mengabaikan kata-kata ayah, ingatlah itu” kata ayahnya. Putri Kim menatap ayahnya tidak mengerti.

~o~

Putri Kim dan Lee kembali berjalan-jalan keluar istana. Saat ini, Tuan Kim tengah berada di kediaman Gubernur Yun untuk urusan keuangan negara.

Putri Kim seperti biasa berjalan di depan Lee, dan pria itu mengikutinya.

“Lee, pernahkah kamu bosan karena mengikutiku?” tanya Putri Kim sambil membalikkan badannya.

“apa maksud anda Putri? Sama sekali saya tidak pernah merasa seperti itu” kata Lee menunduk hormat.

“sejak kecil kita tumbuh bersama, namun kenapa setelah dewasa kamu jadi dingin seperti ini?” tanya Putri Kim, sesekali dia merindukan sosok Lee yang ceria, seperti ketika mereka masih kecil dulu.

“maafkan saya Putri, tapi sekarang sudah berbeda. Tugas saya saat ini adalah melindungi anda, bagaimana saya bisa sambil bermain-main seperti anak kecil?” jawab Lee hormat.

Mereka meneruskan perjalanan. Masih menyusuri jalan setapak. Dari agak jauh terdengar suara gemuruh air. Putri Kim menuju tempat itu. Setelah tiba disana, matanya menatap terpesona melihat keindahan tempat itu. Sebuah air terjun kecil nampak di sebelah selatan. Aliran airnya membentuk sungai yang jernih yang memanjang di hadapannya. Di sudut air terjun itu, terdapat semak belukar yang tengah berbunga. Entah bunga apa namanya, hanya saja pemandangan itu terlihat cantik.

Begitupun dengan Lee. Diapun menatap terpesona. Tapi bukan pada objek seperti yang dilihat putri Kim, mata Lee memandangi Putri Kim dari samping. Kebetulan saat itu Putri Kim tengah memejamkan mata, tangannya terentang merasakan kesejukan tempat itu. Lee memperhatikan wajah Nona mudanya yang cantik. Senyum yang lebar yang ada di wajah cantik itu, membuat Lee betah berlama-lama menatap objek di sampingnya.

“sudah selesai menatapku seperti itu?” Putri Kim membuka matanya tiba-tiba. Sontak Lee segera memalingkan wajahnya yang terasa panas.

“tidak apa-apa. Tataplah aku, selama ini kamu selalu berjalan di belakangku, dan setiap aku berbicara padamu, kamu akan menunduk. Hmmh, Lee, kita sudah seperti teman. Bisakah kita akrab lagi seperti dulu?” tanya Putri Kim masih mengharap melihat keceriaan Lee.

“maafkan saya, karena sudah berbuat tidak sopan” Lee mencoba menatap mata Putri Kim, namun wajah gadis itu tidak berubah sama sekali. Matanya yang indah selalu memancarkan sinar kebahagiaan, dan dapat Lee lihat Nona-nya tidak marah padanya.

Putri Kim tersenyum simpul. Dia lalu menatap sungai dihadapannya. Di tepian sungai itu tampak seorang ahjussi tengah duduk. Putri Kim meminta Lee untuk menuju tepian sungai. Dia ingin mengitari sungai ini dengan menggunakan perahu yang dipakai Ahjussi itu.

Sang Ahjussi  lalu mengijinkan Putri Kim dan Lee untuk menggunakan perahunya. Setelah mendapatkan harga yang pas, maka Lee pun menyetujui untuk menyewa perahu itu, dan meminta sang Ahjussi untuk menjalankan perahu itu.

Lee naik keatas perahu, kemudian mengulurkan sarung pedangnya pada Putri Kim. Putri Kim tersenyum lalu memegangi sarung pedang itu untuk naik keatas perahu. Lee sangat menghormati Putri Kim, tidak pernah tangannya secara langsung bersentuhan dengan gadis itu.

Lee dan Putri Kim duduk saling berhadapan. Ahjussi mulai menjalankan perahu itu, mendayung dengan pelan. Putri Kim menikmati pemandangan indah disampingnya. Deretan pohon yang tinggi menghiasi tepian sungai. Lee tampak bahagia bisa bersama dengan Putri Kim seperti ini. Senyum di bibir gadis itu pun mengembang indah menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.

“baru sekarang aku menyusuri sungai ini. Ternyata pemandangannya sangat indah, hmmmh… udaranya juga sejuk” kata Putri Kim mengagumi kecantikan tempat itu.

“begitulah. Tuan Kim pasti akan melarang anda datang kemari, karena tempat ini sangat jauh dari Istana Timur” Lee tersenyum.

“tidak apa-apa, selama kamu masih bersamaku, semua akan baik-baik saja” Putri Kim menatap lekat mata Lee, pria itu memalingkan pandangannya. Semakin lama bertatapan dengan Putri Kim, bisa-bisa jantungnya meledak karena rasa bahagia yang membuncah.

Tangan Putri Kim terulur menyentuh air sungai. Karena laju perahu yang pelan, tidak ada sedikitpun cipratan di pakaiannya. Putri Kim kembali memainkan air di sungai itu. Terasa dingin dan menyegarkan.

Tiba-tiba tubuh Lee menegang. Dia merasa ada beberapa pasang mata yang mengintai kegiatan mereka di sungai itu. Lee menajamkan seluruh inderanya berkonsetrasi merasakan hal aneh di sekitarnya. Tangan kiri memegangi sarung pedang, dan tangan kanannya mencengkram pegangan pedang itu. Putri Kim yang melihat gelagat Lee segera bertanya.

“Ada apa? Apakah ada hal yang membahayakan?” tanya Putri Kim,

Belum sempat Lee membuka mulut, tiba-tiba

Byuuuurrrr

Ahjussi yang menjalankan perahu tercebur kedalam sungai. Sebuah panah tepat menusuk dadanya.

“aaaaahhh…..” Putri Kim berteriak takut, perahu menjadi oleng, dan Lee segera menghampiri Putri Kim.

“jangan panik!” perintah Lee “disini sangat berbahaya. Maaf karena saya harus bertindak tidak sopan pada anda!” Lee membungkukkan badan. Putri Kim tampak mengernyitkan alisnya. Tiba-tiba tangan Lee sudah membopong tubuhnya. Mengangkatnya keluar dari perahu itu. Sontak tangannya melingkari leher Lee. Dapat Lee rasakan tangan Putri Kim yang gemetar. Pasti baru kali inilah Nona-nya melihat kematian secara langsung dengan mata kepalanya sendiri. Lee melompati sungai itu hingga ia tiba di tepi sungai, lalu menurunkan Putri Kim.

“anda tidak apa-apa?” tanya Lee cemas.

“aku baik-baik saja” jawab Putri Kim.

“ayo, kita harus meninggalkan tempat ini” ajak Lee sambil memegangi tangan Putri Kim. Pertama kali inilah dia memegang langsung tangan halus Putri Kim.

Namun, baru beberapa langkah

Jleb

Sebuah anak panah menancap di tanah yang akan Lee pijak, menghentikan langkah kaki Lee dan Putri Kim. Lee segera mencari dari mana asal panah tersebut. Kemudian, dia menatap sekelilingnya. Dapat ia lihat para pemanah yang bersembunyi dibalik pohon tinggi itu. Jumlahnya ada lima orang.

“tetaplah di belakang saya Putri” kata Lee sambil membawa tangan Putri Kim agar bersembunyi di punggungnya.

“berapa jumlah mereka?” tanya Putri Kim gemetar.

“jangan khawatir, mereka hanya lima orang, dan saya pasti bisa mengatasinya” Lee menenangkan.

Sengg…

Sebuah anak panah tepat menuju dada Lee, namun, dengan kecepatan luar biasa, Lee segera mengayunkan pedangnya untuk mematahkan anak panah itu.

Satu buah anak panah kembali melayang di udara, bertambah lagi satu, bertambah lagi, hingga beberapa anak panah menghujani mereka. Tapi dengan tidak gentar, Lee mampu menghalau semua anak panah itu.

“jika berani, tunjukkan dirimu pengecut!” tantang Lee.

“Lee…” Putri Kim meremas bahu pria itu.

“tenanglah! Kita tidak akan mati disini” kembali Lee menenangkan Putri Kim.

Saat itu, kelima pemanah itu turun dari pohon yang dijadikan tempat mereka bersembunyi. Lalu mereka bersama-sama mengayunkan pedang kearah Lee. Lee sudah bersiap menerima serangan para pemanah. Kelima pedang itu bersamaan menghantam tubuh Lee. Pria itu agak menuduk, dan menahan kelima pedang diatasnya dengan pedangnya sendiri.

“hyaaaa…” Lee berteriak sambil mendorong pedang di atasnya, tenaganya yang besar mampu membuat kelima penjahat itu terpental ke tanah.

Satu per satu mereka mulai bangkit kembali. Lalu menyerang Lee dari arah yang berbeda. sedikit kewalahan, namun Lee dapat mengalahkan keempat orang pemanah itu. Hanya satu orang yang masih bertahan. Si pemanah menerjang tubuh Lee membuatnya rubuh di tanah. Dengan menduduki perut Lee, dia bersiap untuk menghujamkan pedang keperut lawannya itu. Putri Kim yang melihat kejadian itu hanya menatap kaget, takut jika Lee harus mati. Namun, kekhwatirannya sirna, ketika dengan mudah Lee menjungkalkan lawan diatasnya.

Lee berusaha untuk bangun, tapi terlambat, si pemanah sudah menghunuskan pedangnya pada bahu Lee. Sekuat tenaga Lee menahan pedang penjahat itu agar tidak melukai bahu kanannya terlalu dalam. Si pemanah terus menekankan pedang itu pada bahu Lee, darah mulai keluar, dan menentes melalui bajunya. Lee berusaha menyingkirkan pedang itu, namun, tenaga sang pemanah yang menekannya sambil berdiri membuat Lee sedikit kesulitan.

Putri Kim menangis melihat Lee terluka di hadapannya.

“Lee… kamu harus bisa melawannya” bisik Putri Kim.

“aaak…” sang pemanah mengejang merasakan tebasan pedang di punggungnya. Seketika dia rubuh lalu mati terkapar.

Seorang pria dengan pakaian kebangsawanan datang tepat pada waktunya. Dia yang membunuh si pemanah itu. Lee segera bangkit, namun pandangannya agak berkunang-kunang.

“Putri Kim… anda tidak apa-apa?” tanya Lee sambil berjalan mendekati Putri Kim.

“kita harus segera pulang. Kamu terluka Lee” Putri Kim menangis.

“kalian tidak apa-apa?” tanya pria bangsawan itu mendatangi Lee dan Putri Kim, dia melihat darah yang membasahi bahu kanan Lee.

“pakailah ini” dia menggunakan saputangannya tepat pada luka di bahu Lee lalu mengikatnya dengan agak kencang untuk menghentikan aliran darahnya.

“terima kasih banyak. Anda siapa?” tanya Putri Kim.

“saya adalah Bangsawan Cho, putra dari Walikota Han Yang” Bangsawan itu memperkenalkan diri.

To Be Continue

 
41 Komentar

Ditulis oleh pada Agustus 17, 2013 inci (FF) Moonlight Melody, Fanfiction

 

Tag: , , ,